Laman

Rabu, 17 Maret 2010

==================dan Akku menang telak, atas mitos itu.. hhaaa


Hayoo ngaku, siapa yang belum pernah ke ParIs?
HHE, padahal deket lho, ga perlu pake passport (bener ga ya tulisannya gini? Hhe)
Karena yang Akku maksud ParIs di sini adalah Parang Tritis, atau Pantai Laut Selatan, atau pantai legendaris tentang Nyi roro Kidul, pernah? Pernah ga pernah ga masalah…
Dulu, ketika Akku masih di Lampung, pingin banget bisa keliling tempat-tempat wisata dan tempat bersejarah yang ada di Indonesia, Monas, TMII, kebun teh di bandung, Lawang Sewu, dan banyak lagi.
Dan keinginan Akku mulai terwujud satu persatu, karena sekarang Akku lagi kuliah di Semarang, alhasil beberapa tempat yang berhasil Kku jejaki antara lain: Lawang Sewu, MAJT, candi Borobudur, candi Prambanan, Malioboro, dan… dan … dan baru segitu, hhe .
Oya, Akku inget, ternyata Akku juga pernah ke ParIs A.K.A Parang Tritis di Jawa Tengah. Kalian tahu ga, bahwa di ParIs ada suatu mitos yang berkembang bahwa : Dilarang pakek baju Ijo ketika kita memasuki kawasan PariS. Alasannya, katanya sih, mitosnya, Nyi Roro Kidul itu, suka banget warna ijo, jadinya kalo kita kesana pake baju ijo, ntar kita diculik dan dibawa ke Istana-nya, yang konon, pintu gerbangnya ada di sebuah batu di antara karang-karang besar yang terjajar di sudut pantai laut selatan.
Kemarin, waktu Akku dan teman-teman Sastra Indonesia Undip 2009 liburan bareng dengan tema : “Sasindo Goes To Jogja”, Akku baru sadar di tengah perjalanan bahwa kami sedang menuju Pantai Parang Tritis, tempat di mana baju ijo dilarang masuk, ceritanya gini.
“Wi” ujar Kku pada Dewi, teman duduk Kku, “kamu tahu ‘ga sih, kenapa ada pantai di namain Parang Tritis?”
Sebelum Dewi menjawab, Akku berargumen dulu. Akku, yang notabenenya adalah oranh Jawa namun dari lahir sudah tinggal dikawasan Sumatera, Lampung, tahu sedikit tenttang bahasa Jawa, dan lebih sedikit lagi tentang bahasa Lampung, karena di rumah orang tua Kku berbahasa dengan bahasa Indonesia. (Akku adalah korban transmigrasi yang berakibat: hilangnya identitas kesukuan, jadinya Akku ini orang jawa atau Lampung? Ctctctc)  
“Parang itu kan artinya golok, atau sabit kan? Terus Tritis itu kan dari bahasa Jawa yang artinya tritisan, atau teras, ya to?” ujar Kku,
“berarti kan, pantai itu berbahaya, tapi kenapa di jadikan tempat wisata ya?”
Dewi menanggapi argument Akku,
“Iya, apa yang kamu bilang tentang makna parang tritis itu emang bener. Dan kalo masalah kenapa di jadikan tempat wisata, menurutku karena itu kan tempat bersejarah, legendaris malah”
“Oya?” Akku berekspresi penuh
“Loh, emangnya kamu ga tau ya, itu lho, cerita tentang nyai Roro Kidul, ratu pantai selatan”
“Iya Aku tahu, so?”
Dewi melengos, “Desta, ya udah jelas dong. Tempat itu punya suatu daya tarik, sehingga di jadikan tempat wisata”
“Egh, ntar dulu, tadi kamu bilang pantai laut selatan, emang hubungannya dengan Parang Tritis…” kalimat Akku terpotong otomatis, diam sejenak
“Jadi, kita mau ke pantai laut selatan yang ada legenda Roro Kidulnya itu ya? kok kamu ga bilang? Ehh liat dong” Akku menunjuk kea rah bajunya sendiri,
“Hhe, iya. Tadi Akku sebenarnya mau bilang, kenapa kamu pakek baju warna ijo, tapi ga jadi” Dewi senyum getir
Akku yang tadi duduk bersila di atas jok, ke arah Dewi, mengubah posisinya kearah depan, memandangi jalan yang semakin dekat kea rah tujuan.
Akku jadi ingat sesuatu, dulu, ketika kecil Akku sempat berangan-angan. Kalo suatu saat Akku sampai di Parang Tritis, Akku bakal pake baju ijo, Akku akan mematahkan teori klasik mitos Green shirt Baned.
Dan Akku BERHASIL!
It’s the facts:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar