Laman

Selasa, 13 April 2010

malam bergusi lebam

m a l a m

berjingkat

menyelinap ke gumpalan di gusiku
lebam.

malam merayap
menjarah
lalu memapar
ingatan yang kusimpan
dalam

d a l a m




tembalang, 13 april 2010

Minggu, 04 April 2010

======================= Kajian QS asy-syu’ara [26]: 221-227)

“Maukah Aku beritahukan kepadamu, kepada siapa setan-setan itu turun?
Mereka (setan) turun kepada setiap pendusta yang banyak berdosa

Mereka meyampaikan hasil pendengaran mereka, sedangkan kebanyakan mereka orang pendusta

Dan penyair-penyair itu diikuti oleh orang yang sesat
Tidakkah engkau melihat bahwa mereka mengembara di setiap lembah*

Dan bahwa mereka mengatakan apa yang mereka sendiri tidak mengerjakan(nya)?

Kecuali orang-orang (penyair) yang beriman dan berbuat kebajikan dan banyak mengingat Allah dan mendapat kemenangan setelah terdzalimi (karena menjawab puisi-puisi orang kafir). Dan orang-orang yang dzalim kelak akan tahu ke tempat mana mereka akan kembali.”
(QS asy-syu’ara [26]: 221-227)

*yang dimaksud dengan ayat ini ialah bahwa sebagian penyair itu suka mempermainkan kata-kata, tidak mempunyai tujuan yang baik dan tidak mempunyai pendirian
===================================================================================

Assalamualaikum, saudaraku sesama muslim, kawanku, kawanan senjaku, kawan berbagi sajakku, dan tentu saja “kawan berbagi kesederhanaan”ku, kali ini aku meyapa kalian dengan beberapa potong sajak Tuhan. Jangan dulu bergumul dengan kotak kefanatikan, tapi kumohon, letakkan sejenak “pandangan” itu di hati dan kerendahan serta ketawadu’an kepada-Nya, Pengampu K A T A yang selama ini kita jarang K A T A K A T A itu di perapian sajak (semaumaunya) agar masak dan kemudian kita santap sebagai menu sarapan, makan siang atau makan malam (terkadang menjelang pagi).

Sajak ini kutemukan beberapa waktu lalu, tepatnya ketika kutuliskan “Tuhan,aku ingin ketemu” dan sajak ini terus berkutat dibelakangku, di setiap akan ku ramu K A T A K A T A itu di panci sajak.

Saudaraku, kawanku, tidakkah potongan sajak di atas membuat gatal kepala, apalagi ada lirik yang bicara penyair dan puisi? Yang ingin kujarang dengan kalian adalah soal:

Yang pertama adalah penyair, jika ada suatu pengakuan dalam hati bahwa penyair adalah sesuatu yang melekat dalam diri (kita) tuliskanlah sesuatu untuk meluruskan semuanya, setidaknya dari posisi kita, semampunya (karena pada dasarnya kita lemah).

Kedua, setelah ada pengakuan itu, kita lanjutkan dengan baris sajak yang berbunyi … lembah* dengan catatan kaki dibawahnya : *yang dimaksud dengan ayat ini ialah bahwa sebagian penyair itu suka mempermainkan kata-kata, tidak mempunyai tujuan yang baik dan tidak mempunyai pendirian

Kemudian baris ini: Dan bahwa mereka mengatakan apa yang mereka sendiri tidak mengerjakan(nya)?

Dan yang terakhir : (karena menjawab puisi-puisi orang kafir)

Saudaraku, kawanku, aku percaya bahwa kita adalah umat beragama yang ‘lah terlanjur beternak K A T A di kebun belakang, ternak itu ‘lah semakin membesar dengan K A T A K A T A yang kian waktu semakin berkembangbiak (meskipun ‘lah kita jadikan menu sarapan).

Aku hanya ingin berbagi, tidak lebih. Dan jangan biarkan beberapa potong sajak ini hanya menjadi arang di perapian sajak kita. Terutama empat hal yang ingin ku jarang bersama kalian, karena kepalaku terasa gatal terusterusan. Terima kasih saudaraku, kawanku.

Wassalamualaikum.

Sabtu, 03 April 2010

Lakon senja


Akulah pelakon yang datang dari negeri senja… negeri di mana keindahan tergambar tanpa bingkai, keteduhan bernaung tanpa sungkan. Ya, meskipun ada keabsurban di setiap siluetnya. Itulah keabsurban yang menjadikan negeriku kian menawan.

Jika hidup adalah sebuah pementasan drama, maka aku termasuk salah satu diantara pemerannya. Dan Jika drama itu di pentaskan sepanjang waktu, maka percayalah, saat ini aku sedang dalam peran yang kumiliki.

Tak tahu sejak kapan pementasan ini di mulai, apalagi bertindak sok tahu dengan mencari tahu kapan berakhirnya. Sebagai seorang pemain drama, seyogianya haruslah memiliki kemampuan dalam segi peran, bagaimana cara mengucapkan suatu kalimat apakah harus berteriak, berbisik,dan yang tak kalah penting adalah ekspresi atau mimik wajah.

Sepakat ataupun tidak, pada kenyataanya hidup memanglah sebuah pementasan drama atas sekenario-Nya. Percaya ataupun tidak, aku dan kau tengah disatukan dalam sebuah lakon di episode kali ini. Aku sadar, tak pernah mengenyam pendidikan pementasan, tapi aku paham, ‘lah kulakukan berbagai adegan dalam belasan episode bertema kehidupan. Kau tahu, inilah episode yang menuntutku untuk menjadi tokoh dengan karakter lain. Karakter yang belum pernah kumainkan sebelumnya.

Aku tahu kaulah pelakon itu, kau mumpuni dalam hal penokohan. Jadi, yang seharusnya kau lakukan adalah mengajarkanku cara bermain peran, bukan menuntutku untuk total, karena pada kenyataannya, aku masih dalam tahap pembelajaran. Kau paham kan? Kau harus tahu bahwa akupun tak akan mungkin merusak sekenario yang ‘lah ia tuliskan.

Tembalang, 3 april 2010

Jumat, 02 April 2010

======================= Tuhan, aku ingin ketemu



Malam berkejaran dengan pagi
Sedang aku merangkak, mengejar pintu-Mu

Remang redam
Berenang pada malam
Ku lihat waktu berjajar
Mengeja dosa
Tanpa laku
Tanpa suara
Pura-pura

Tuhan, boleh kan aku menemui-Mu?

Tembalang, 2 april 2010


======================== pencuri waktu



Akulah pencuri waktu
Di wajah siang tak kenal pulang
Ketika malam, berdeham
Menanak mimpi dalam keranda



Akukah itu,
Nyaris menyelipkan mata, telinga, tangan, kaki dan hati ke dalam saku
Bukan saku wajah-Mu,
Tapi saku waktu yang berkubang di pelataran rindu
Rindu menyimpuhi-Mu
Sebab jalan pulang kian samar
Kian tersandung,
Nanar pada Doif untuk ku kembalikan waktu

Tembalang, 2 april 2010