Laman

Senin, 14 Desember 2015

Yang Patah Tumbuh, Yang Hilang Berganti.

--Banda Neira--
Keterpilihan, Keberuntungan, Kesabaran, dan Keindahan. Begitulah saya memaknai Banda Neira. Apa sebab? Musik Indie telah dikenal sebagai suatu aliran alternatif. Tentu, peminatnya tak mungkin sebanyak penikmat aliran musik mainstream. Saya juga tidak mengatakan bahwa penikmat musik indie tak suka (sama sekali) pada musik di luar indie, tapi mungkin hanya sedang jenuh.
Begitulah cara saya menemukan Banda Neira (seperti juga Payung Teduh dan Frau sebelumnya). Pada kondisi sedang tak tahu harus melakukan apa, seorang kawan baik, Mbak Dian, mengajak saya datang ke sebuah festival di SMA AL-AZHAR Jakarta. Katanya, ada Banda Neira di sana. Maaf?
Maafkan saya. Jangankan mendengar nama sebagai DUO, saya bahkan tidak tahu bahwa Banda Neira, menurut cerita Mbak Dian, adalah sebuah tempat yang sangat indah, di mana dulu Bung Hatta pernah diasingkan. Entahlah, tapi, dari semua lagu yang diciptakan oleh Banda Neira, izinkan saya untuk sok tahu bahwa Banda Neira sangat mungkin merupakan tempat yang indah sekali. Pada bagian inilah saya merasa menjadi orang yang terpilih untuk berkesempatan hadir ke festival itu, dan mengeja satu persatu lagu yang dibawakan oleh Banda Neira.
Sebagai orang yang terpilih, saya merasa mendapatkan sebuah keberuntungan. Sebab, meskipun baru pertama kali mendengarkan musik mereka, secara live, saya bisa langsung jatuh cinta, cinta sekali. Banda Neira sangat bisa menghadirkan musik dengan lirik yang soft, meskipun sarkastis. Misalnya saat dia bilang: Sepi itu indah, percayalah. Membisu itu anugerah (”Hujan di Mimpi”). Dan pada lagu "Senja di Jakarta". Di mana mereka bisa dengan anggun memaklumi Jakarta dengan segala hiruk-pikuknya.
Bukan hal mudah, dan memang jarang sekali orang mau bersabar menunggu munculnya kata pertama dari sebuah lagu, bila preludenya terlalu panjang. Hei, kita tahu kan bagaimana Frau dan Payung Teduh memaksa pendengar untuk mengambiil posisi hening, dan melupakan dahulu segala hal sebelum mulai mendengarkan musik mereka.

Begitupun dengan Banda Neira. Pada lagu “Sampai Jadi Debu”, bila kita kurang bersabar, pasti akan mengira ini hanyalah lagu instrument seperti sema yang diciptakan oleh Depapepe. Bagaimana tidak, selama hampir 2 menit pertama, lagu hanya berisi instrument piano, disusul kemudian gumaman, dan baru di 1 menit (dari total 6 menit) kemudian suara lirik dimunculkan. 
Dan di sanalah seni serta keindahan lagu-lagu yang lahir sebagai musik alternatif, termasuk Banda Neira ini. Saya tak tahan untuk tak menuliskan ini setelah beberapa menit yang lalu mendengarkan lagu-lagu dari album kedua mereka. Di antaranya “Yang Patah Tumbuh, Yang Hilang berganti”, “Sampai jadi Debu”, “Sebagai Kawan”, dan “Pelukis Langit.”

Senin, 09 November 2015

Makna Kata 'Ashar'

Dalam Kajian Tauhid dua pekanan di Masjid Istiqlal bulan November ini, Aa Gym mendatangkan seorang ulama besar dari Syiria. Pria berjanggut putih yang merupakan penghulu pertama dari negaranya itu sedang melakukan lawatan ke Indonesia. Sebut saja Pondok pesantren binaan Yusuf Mansur, Arifin Ilham, berbagai pondok pesantren di Jawa Tengah serta Tebu Ireng di Jombang telah ia datangi. Dan di pekan kedua ini, giliran Aa Gym yang menjamunya di Istiqlal. Menurut Aa Gym, ulama tersebut terhitung dua kali berkunjung ke Ponpes Daarut Tauhid.

Dalam ceramahnya, ulama Syiria yang telah mengarang setidaknya 80 judul serta hapal 70.000 hadist Rasulullah itu mengangkat tema tentang makna kata Ashar. Menurutnya, Ashar memiliki dua makna yaitu 'Shalat Ashar' dan 'Zamanmu'. Ia menyampaikan bahwa barang siapa yang tertinggal shalat Ashar, maka seolah-olah ia telah kehilangan seluruh harta bendanya. Ibarat seseorang keluar dari rumahnya sebelum Ashar, dna ketika kembali selepas Ashar ia mendapati seluruh isi rumahnya telah lenyap.

Untuk makna kedua, Ashar berarti 'Zamanmu'. Pada bagian ini beliau menyampaikan bahwa manusia mengenal tiga jenis waktu dalam hidupnya. Pertama waktu untuk beramal shaleh. Manusia yang memnfaatkan hidupnya untuk waktu ini akan mendapatkan pahala dunia dan akhirat. Misalnya dengan mendapatangi majelis-majelis ilmu. Disampaikan olehnya bahwa "Satu majelis ilmu lebih baik daripada 60 tahun ibadah". Kedua, waktu untuk beramal tidka baik. Dan ketiga yaitu waktu kosong tanpa amalan apapun.

Selasa, 28 Juli 2015

Mengatasi Motor Matic yang Mendadak Tak Bisa Distarter

Memiliki kendaraan bagi sebagian orang, terutama perempuan barangkali tidak selalu dibarengi dengan pengetahuan mengenai perawatannya. Entah itu kendaraan roda dua ataupun empat. Padahal, pengetahuan mengenai kendaraan cukup penting diketahui. Pun, saya demikian. Tapi saya tetap berupaya setidaknya melakukan servis rutin di dealer resmi. Sebab itu merupakan langkah paling preventif dalam perawatan kendaraan.
Meskipun demikian, tetap saja ada kejadian tak terhindarkan soal kendaraan. Beberapa saat lalu motor matic saya mendadak tak bisa distarter. Padahal malam sebelumnya motor itu baik-baik saja, berjalan normal. Entah kenapa pada pagi harinya, ketika kunci saya putar, tombol starter tetap bergeming, lampu indikator pun tak menyala. Anehnya, suara klakson tetap normal. Karena penasaran, saya pun meminta tolong seseroang agar melakukan pengengkolan manual, barangkali akinya soak. Itu hanya dugaan saja. Toh, bila memang aki soak, mana mungkin klakson tetap berbunyi nyaring ya?

Akhirnya, setelah diengkol manual, motor tetap tidak bisa distarter. Sungguh aneh. Lalu, langkah yang saya ambil adalah konsultasi pada montir terdekat. Setelah semua upaya dilakukan, motor itu dibongkar ada bagian depan. Cek sana-sini. Saya pun ikut memperhatikan setiap tindakannya karena penasaran. Kok bisa ya motor yang dirawat rutin mendadak tak bisa distarter. Kemngkinan aki soak sudah saya singkirkan, karena usia motor itu belum genap setahun. Awalnya saya sempat mencari tahu di internet. Pada kasus serupa, permasalahanya adalah kabel pada bagian standar yang  bermasalah. Untuk itulah saat pembongkaran dilakukan, saya tetap memantau. Nyatanya, kabel pada bagian standar tak ada masalah.

Jadi apa yang sebetulnya terjadi pada motor beat pgm fi saya yang mendadak tak bisa distarter? Ternyata, betul ada masalah pada kabel. Tapi bukan kabel di bagian standar melainkan bagian lebih dalam lagi. Kabel tersebut digerogoti oeh tikus, sehingga aliran listrik tidak bisa tersalur secara sempurna.

Rabu, 17 Juni 2015

Kiat Menjadi Juri Pemula

Saat kuliah dosen saya pernah berkata bahwa menjadi juri, khususnya lomba puisi sifatnya sangat subjektif. Pun saya memahami bahwa seorang juri puisi ketika melaksanakan tugasnya, akan sangat sulit melepaskan diri dari persoalan "selera" dan mood.
Pekan lalu saya menjadi juri tunggal dalam lomba kreasi singkong di SMP YPI Katibung, Lampung Selatan. Apa perkara saya bisa jadi juri tunggal di sana? Entahlah. Itu urusan pihak penyelenggara. Yang jelas, saya dapat pengalaman baru yang tentu tak dijual di toko manapun.
Berikut ini kiat bila kamu mendadak ditunjuk sebagai juri, dalam hal ini kompetisi memasak.
1. Percaya Diri. Pastikan bahwa kamu memang punya hobi memasak. Perkara makananmu enak atau sangat enak, setidaknya kamu terbiasa merasai bumbu dan karakter rasa masakan. Jika kamu tidak hobi masak, hobi makan pun tak apa.
2. Saat di lokasi lomba, bersikaplah seelegan mungkin. Berikan saran-saran kecil jika diperlukan oleh peserta. Lebih baik tersenyum dan jangan sok tahu jika memang tidak tahu.
3. Untuk ajang memasak sederhana, ada 3 poin penilaian yang harus diperhatikan yaitu rasa (A), tampilan (B) dan proses ( C ). Rasa berkaitan dengan selera, sangat subjektif. Tampilan berkaitan dengan estetika, keindahan tata letak sajian. Sedangkan proses bisa sangat terkait durasi dan pengolahan makanan.
4. Sistem penilaian sederhana. Dari 3 poin tersebut, beri nilai dengan skala 1-3, lalu hasil akumulasi ditambah 1. Sehingga hasil akhir adalah 10. Berikut rumus matematianya: (A+B+C+) + 1=10

Aneka Kreasi Singkong

Singkong umumnya dikenal sebagai umbi yang lekat dengan masyarakat desa. Tapi di tangan para koki rohis SMP YPI Katibung, ia tampil istimewa dan menjadi aneka sajian yang menggugah selera. Apa saja? Berikut penjabarannya.

1. Baso singkong. Baso singkong terbuat dari singkong yang dikukus lalu dihaluskan. Kemudian diberi bumbu rempah. Lalu diberi campuran telur, sagu, air dan seledri. Setelah adonan dicampur rata, langsung digoreng. Makanan ini disajikan dengan kuah baso.
2. Cassava stick/ Stik singkong. Secara tampilan, kudapan ini sangat cantik di meja. Pilih  batang sereh sebagai batang/stiknya. Hal tersebut menjadikannya tampak unik dan segar karena warna sereh yang hijau berpadu dengan singkong yang kuning keemasan. Tampilannya makin istimewa karena ada irisan belimbing dan taburan saos kecap.
3. Pizza singkong. Kukusan singkong yang sudah dihaluskan itu dipipihkan sedemikian menyerupai pizza. Lalu diberi toping berupa telur dadar yang sudah dicampur seledri sebelum digoreng. Telur itu lalu diiris tipis dan ditaburkan sebagai toping. Sebagai garnis, tambahkan saos tomat di atasnya.
4. Singkong Balado. Makanan ini tampak persis urak-arik tempe yang biasa dijual di warteg, lengkap dengan kacangnya. Hanya bedanya, tempe diganti dengan singkong yang diiris kecil memanjang seperti kentang.
5. Misro. Seperti misro pada umumnya. Singkong diparut, lalu diperas. Tambahkan sagu secukupnya. Bentuk bulatan dan jangan lupa masukkan gula merah sebelum digoreng.
6. Martabak Singkong Pancawarna. Tampilannya sangat sederhana. Singkong yang sudah berbentuk gethuk itu dipapar pada wadah lalu ditaburi meses warna-warni dan krim coklat. 


Jumat, 01 Mei 2015

Kota Sungai (1)



Jika harus menceritakan dari mana segala hal di dunia ini bermula, aku tak akan mampu menjelaskan. Tapi satu hal yang pasti, guruku bilang, semuanya Diciptakan oleh Sang Pencipta melalui proses penciptaan. Dan aku meyakini hal tersebut, seyakin-yakinnya. Hanya saja, bukan kapasitasku untuk menerangkan  perkara besar itu. Lagipula, apa yang akan kusampaikan ini hanya sesuatu yang kecil, sederhana. Sehingga, akan kumulai kisah ini dengan kata-kata sederhana pula.
Aku sering kepayahan jika diminta menerangkan awal mula sesuatu. Padahal ada banyak pertanyaan yang seumur hidup belum pernah kudapatkan jawabannya. Kenapa orangtua kami bisa memiliki anak begitu banyak hingga tak mampu kuhitung jumlahnya, kenapa pintu dan rumah kami tak pernah dibuka kecuali pada saat-saat tertentu saja oleh Bapak, kenapa cahaya di rumah kami hanya bersumber dari lampu minyak, kenapa kami harus makan, mandi, tidur, dan bangun hanya pada waktu yang sudah dijadwalkan. Serta berbagai kenapa lain yang setiap hari lahir satu demi satu.
Suatu hari, di hari yang sama sebagaimana hari-hari sebelumnya, aku tengah duduk melingkar bersama adik-adikku. Total jari tangan dan kakiku hanya dua puluh. Itu pun kuketahui dari Ibu. Dan semua jariku tak cukup untuk menghitung jumlah kami. Jika dipikir secara logika, rumah kami ini terlalu kecil. Bahkan sangat kecil. Tapi kenapa kami bisa bertahan hidup sampai sekarang. Lihatlah, percaya atau tidak, Ibuku pun tengah mengandung. Tak lama lagi penghuni rumah ini akan bertambah satu.
“Pak,” ujarku.
Bapak hanya berdeham sambil meruncingkan ujung tombak.
“Bolehkah hari ini aku ikut keluar bersama Bapak. Barangkali akan lebih banyak ikan yang kita tangkap. Supaya...” aku terhenti sejenak. Tadinya ingin menyebut nama adik-adikku yang sering berebut ikan bakar. Tapi aku sadar, aku tak tahu siapa nama mereka.
“Supaya apa...”
“Supaya kami bisa makan ikan dengan kenyang tanpa harus rebutan. Boleh?”
“Kamu itu anak yang paling sering bertanya. Bapak pun paling sering menjelaskan. Tapi kenapa sepertinya kamu ini tidak pernah paham artinya bersyukur?”
Ucapan Bapak memang tanpa tekanan. Hanya datar, dan selalu demikian. Tapi ia menatap wajahku, menungguku menunduk tanda paham.
“Aku bersyukur Pak. Tapi...”
“Kamu tetap di rumah, bersama Ibu dan semuanya. Bapak akan berangkat sendiri.”
Percakapan itu pun berakhir. Bapak beranjak meninggalkan kami. Aku bergegas membuntutinya sampai pintu. Berharap bisa sedikit saja melihat ada apa di balik pintu itu. Tapi Bapak sudah terlalu cekatan memperlakukan pintu itu agar tak ada sedikitpun celah yang kudapatkan.
Dalam sekejap pintu itu kembali rapat. Meskipun tak dikunci, kami tak pernah berani membukanya. Diam-diam kuintip Bapak melalui lubang pada dinding kayu yang kubuat sendiri. Lubang berukuran seujung jariku itu sungguh membuatku sangat penasaran.
Imajinasiku meliar. Mataku seolah tersangkut pada lubang itu. Mengabaikan ibu yang sedang mengajari adik-adikku berhitung sampai angka duapuluh. Aku bertekad suatu saat akan bisa melihat dunia luar, dunia di balik pintu dan jendela rumah kami secara lebih jelas tanpa harus memincingkan mata seperti ini.
Kulihat punggung Bapak tampak kian menjauh. Apa yang ia lakukan di luar sana. Bagaimana caranya sampai ia bisa membawa pulang ikan dari sungai. Seperti apa bentuk sungai itu. Kenapa ia bisa begitu ajaib mengeluarkan ikan untuk kami makan?

*bersambung

*cerbung ini terinspirasi dari ceramah Yusuf Mansur di Masjid Istiqlal Desember 2014. Judul sengaja disamakan dengan judul artikel yang ditulis sendiri oleh YM dan dapat diunduh di yusufmansur.com

Kamis, 16 April 2015

Drama Max Havelaar


Polisi: Tuanku, inilah lelaki yang membunuh Bethsy.

Hakim: Dia harus digantung. Bagaimana cara dia melakukannya?

Polisi: Dia mencincang dan menggarami tubuh Bethsy.

Hakim: Dia penjahat besar. Dia harus digantung.

Lothario: Tuanku, saya tidak membunuh Bethsy; saya memberinya makanan, pakaian, dan merawatnya. Saya bisa memanggil saksi-saksi yang akan membuktikan bahwa saya lelaki baik, dan bukan pembunuh.

Hakim: Kau harus digantung. Kau memperparah kejahatanmu dengan kesombongan. Tidaklah pantas bagi seseorang yang... dituduh bersalah untuk menganggap dirinya orang baik.

Lothario: Tapi, Tuanku... ada saksi-saksi yang bisa membuktikannya; dan karena saya dituduh membunuh...

Hakim: Kau harus digantung. Kau mencincang Bethsy--Kau menggarami potongan-potongan tubuhnya--dan kau merasa puas dengan perbuatanmu--tiga tuduhan berat--siapakah kau, wahai perempuan?
Perempuan; Saya Bethsy.

Lothario: Sykurlah! Lihat, Tuanku, saya tidak membunuhnya.

Hakim: Hmm!--ya--begitu! Bagaimana dengan penggaramannya?

Bethsy: Tidak, Tuanku, dia tidak menggarami saya--sebaliknya, dia melakukan banyak hal untuk saya ... dia  lelaki terhormat!

Lothario: Anda mendengar sendiri, Tuanku, dia mengatakan saya lelaki jujur

Hakim: Huh!--tuduhan ketiga masih berlaku. Bawa pergi tawanan ini! Dia harus digantung; dia bersalah karena kesombongannya.

(Drama yang tidak dipublikasikan dalam novel Max Havelaar karya Multatuli, terbitan Qanita, 2014: 15-16).

Kamis, 26 Maret 2015

Menziarahi Chairil Anwar dan Sitor Situmorang

Asean Literary Festival kembali digelar pada Maret 2015. Berlokasi di Taman Ismail Marzuki, serangkaian acara dikemas apik oleh penyelenggara. Salah satu yang menarik adalah talk show bersama Joko Pinurbo (Jokpin), Hasan Aspahani dan Damhari Muhammad. Perbincangan yang berdurasi kurang lebih dua jam tersebut banyak memberikan informasi segar mengenai dua penyair yang telah wafat yaitu Chairil Anwar (CA) dan Sitor Situmorang (SS) kepada para peserta.

Hasan Aspahani bercerita bahwa Chairil dan Sitor merupakan dua pemuda yang sama-sama berasal dari Medan, tetapi wafat pada tempat yang berbeda. CA meninggal dan dimakamkan di Jakarta pada usianya yang belum genap 30 tahun. Sedangkan SS tutup usia di Eropa, tetapi dimakamkan di tanah kelahirannya. 

Dulu, saat Jepang datang ke Indonesia, seluruh pelajar dari Sumatera yang ada di Jakarta dipulangkan dengan 2 kapal laut. Kala itu Sitor ikut dalam rombongan yang pulang ke kampungnya, sementara Chairil bertahan di Jakarta. Dampak dari pilihan tersebut adalah kehidupan miskin dan serba terbatas yang harus dijalani Chairil. Bukan lagi rahasia bahwa Chairil pernah sampai mencuri jaket, sepeda, dan benda lain demi bertahan hidup.  Padahal, ayah Chairil termasuk orang kaya karena menjabat sebagai seorang kontroler. Sebuah kedudukan tertinggi yang bisa dicapai pribumi pada masa itu.


Bicara soal kepenyairan CA, menurut Jokpin, kisah hidup CA adalah sebuah puisi besar yang tidak kalah dengan puisi-puisi yang CA tulis sendiri. Meskipun puisi-puisi itu terkesan individualis bahkan melankolis karena hanya seputar kisah cinta yang gagal, tetapi caranya berkarya justru revolusioner. Diksi yang digunakan CA dalam berpuisi sungguh kontradiktif. Dia seolah tampak maskulin dalam puisi, padahal tak pernah sekalipun bisa menaklukan hati wanita. Tidak ada cinta yang berbunga-bunga dalam sajak yang ditulis CA. Semuanya adalah sajak-sajak cinta yang gagal. Sebatas ilusi karena CA lebih banyak "kalah".

Dalam kepenyairan, puisi-puisi CA memang lebih dulu muncul ketimbang puisi SS. Hanya saja, ketika muncul Chairil langsung melakukan lompatan ke Angkatan '45. Di sisi lain, Sitor mundur ke Pudjangga Baru. Chairil baru kembali ke Pudjangga Baru saat menjelang akhir hayatnya. 

Dalam perbincangan tersebut, memang yang lebih banyak dibicarakan adalah Chairil. Ada beberapa nama perempuan yang namanya abadi dalam sajak-sajak Chairil. Sebut saja Ida yang merupakan perempuan pertama bagi Chairil. Dia seorang mahasiswa UI. Selain itu ada pula Sri Ayati dan Hapsah mantan istrinya. Saat membahas perihal para perempuan yang ada dalam sajak-sajak Chairil, Hasan Aspahani menyampaikan bahwasanya penyair memang kalah saing dengan dokter. Sri Ayati, seorang mahasisiwi sastra yang aktif sebagai pemain teater itu. Meskipun beberapa penyair mengejar-ngejar dirinya, pada akhirnya dia memilih menikah dengan dokter. 

Chairil dan Sitor sebetulnya sama-sama memiliki kerinduan. Jika Sitor berhasil menuntaskan kerinduannya untuk pulang dari Eropa dan dimakamkan di kampung halaman. Chairil justru masih menanggung tiga kerinduan yang tak pernah tuntas hingga ajalnya tiba. Pertama, saat sedang sakit, ia punya keinginan untuk kembali rujuk dengan Hapsah. Kedua, ia ingin sekali makan durian ketan buatannya. Dan ketiga, Chairil sangat ingin melihat bukunya diterbitkan. Sebab seumur hidupnya, Chairil hanya menulis sajak tanpa pernah menerbitkannya.

Obrolan siang itu juga membuka sebuah rahasia umum mengenai Chairil yang punya sebuah kegemaran yaitu mencuri buku-buku di perpustakaan. Jokpin menimpali bahwa tindakan CA mencuri buku bukanlah masalah. Hal yang seharusnya kita catat adalah ada pencurian yang jauh lebih penting dari buku itu sendiri, yaitu CA telah mencuri ilmu dan teknik menulis puisi hingga karyanya bisa abadi sampai sekarang.

Sebelum mengakhiri pembicaraan seru itu, Jokpin sempat menceritakan sebuah tragisme Chairil. Suatu hari CA meminta untuk dilukis oleh Sujoyono. Atas keinginan itu, CA diminta agar mencari cat sendiri. CA pun menyanggupi. Sayangnya, CA tidak pernah kembali. Ia terpaksa ditangkap PolisiJepang karena kedapatan mencuri cat.

Selasa, 03 Maret 2015

Peminatan, Skripsi dan Karier


Apakah kamu seorang mahasiswa yang sedang galau memasuki semester penentuan peminatan dalam jurusan? Jika ya, tenang saja. Galau bisa jadi pertanda baik asalkan disikapi dengan baik pula. Jadi, saat sedang merasa galau atas apapun, jangan berfokus pada rasa galaunya, tetapi pada solusi. Ibarat jembatan, galau harus dilalui agar bisa sampai ke seberang.
Umumnya peminatan terjadi pada semester 5-6. Bila banyak mahasiswa merasa galau di semester itu, wajar. Sebab peminatan yang dipilih itu akan sangat berpengaruh pada proses penggarapan skripsi. Tapi benarkah juga akan berdampak pada masa depan karier? Belum tentu.
Sebetulnya menentukan peminatan tak serumit yang dirasakan. Misalnya kamu mahasiswa jurusan Sastra Indonesia Universitas Diponegoro. Di jurusan itu memang ada banyak mata kuliah yang diberikan di semester-semester awal. Tapi memasuki semester menengah ke atas, pihak jurusan akan menawarkan tiga peminatan sebagai fokus studi mahasiswanya. Tiga peminatan itu adalah Sastra Indonesia, Linguistik, dan Filologi. Apapun pilihannya, satu hal yang perlu digarisbawahi yaitu ketiganya sama-sama baik dengan spesifikasi masing-masing. Tugas kita hanyalah memilih satu yang terbaik untuk diri sendiri.
Langkah terpenting sebelum menentukan pilihan adalah introspeksi. Pertama introspeksi nilai, kedua introspeksi minat atau passion.
a.       Introspeksi nilai merupakan cara sederhana untuk mengetahui peminatan terbaik bagi diri kita. Ada yang bilang bahwa akumulasi dan dominasi nilai dari suatu mata kuliah bisa jadi tolok ukur minat seseorang. Itu ada benarnya. Tapi bagaimana bila nilai yang selama ini dikumpulkan dalam transkrip bukan hasil kerja pribadi.

Nah, maksud dari introspeksi nilai adalah mengingat baik-baik mengenai perolehan nilai yang terangkum dalam transkrip. Apakah semua nilai itu merupakan hasil dari pengerjaan tugas dan ujian by yourself, atau ada campur tangan orang lain.  Sebab bila ada campur tangan orang lain, akumulasi nilai itu akan tidak akurat hasilnya sebagai patokan dalam menentukan kecenderungan minat seorang mahasiswa. Ini betul-betul penilaian pribadi.

b.      Introspeksi minat/passion adalah upaya kilas balik soal lebih ke arah mana kecenderungan minat seorang mahasiswa. Coba ingat dan rasakan baik-baik, selama ini lebih banyak semangat kuliah di kelas apa dan saat mengerjakan tugas mata kuliah apa. Biasanya, rasa suka dan semangat itu akan tercermin dalam perolehan nilai-nilai dalm transkrip. Tapi tetap tak menutup kemungkinan bila kamu keukeuh mau ambil peminatan yang justru selama ini kamu ogah-ogahan kuliahnya. Asal punya tekad, kadang takdir pun menyerah pada kegigihan seseorang.

Jangan terkecoh dengan teman-teman yang kamu anggap tidak serius dalam kelas, tapi selalu bisa dapat nilai bagus. Seringkali kita hanya mampu menilai apa yang tampak, bukan apa yang terselubung. Saat ini tugasmu hanya fokus introspeksi diri agar ke depan proses penggarapan skripsi bisa lancar. Sebab, selain harus menguasai materi kajian, hal terberat yang kerap dialami mahasiswa tingkat akhir adalah kerasanya perjuangan melawan putus asa selama penggarapan skripsi.

Beberapa hal yang perlu diantisipasi soal skripsi antara lain:
  • Sikap dosen pembimbing yang berubah drastis dengan saat mengajar di kelas, jadi super sensitif. 
  • Sikap staf di Kantor Jurusan yang juga jadi menyebalkan. Entah karena lelah menghadapi mahasiswa yang mondar-mandir atau memang kita yang berubah menyebalkan. 
  •  Sulitnya menemui dosen pembimbing karena sibuk di luar kampus
  • Rasa putus asa karena harus bolak-balik revisi 
     Dan kejengahan menghadapi pertanyaan: Kapan sidang, kapan wisuda, dan kapan-kapan lain yang selalu mengekor. Percayalah, ada masa ketika pertanyaan berawalan “kenapa” ini terasa begitu menyudutkan diri sendiri, salah satunya ya saat menggarap skripsi. Padahal, pertanyaan itu hanya perlu ditanggapi positif dan santai, jangan terlalu dipikirkan. Sebab sebagaimana bayi, skripsi akan memilih sendiri tanggal sidangnya.
Kelak, saat kamu sudah wisuda dan masuk ke dunia kerja, semua itu seolah tak ada artinya. Apa yang kita lalui selama menjadi mahasiswa adalah murni proses. Kadang, tak semua jurusan yang kita pilih, baik itu dengan penuh kesadaran atau keterpaksaan bisa mengantar kita pada karier yang diimpikan. Tapi tetaplah berjuang meraih mimpi.

Selasa, 24 Februari 2015

Pasar Baru, Sensasi Tak Tergantikan



Kesan pertama yang terasa sejak melangkahkan kaki di bawah gapura Pasar Baru adalah seperti berada di tempat bernuansa Tiongkok. Entah kenapa. Mungkin karena bentuk gapura utamanya yang demikian itu, lengkap dengan warna merah khas imlek.
            Sesungguhnya Pasar Baru memilik pola yang mirip dengan pasar Malioboro Yogyakarta. Sama-sama memiliki dua sisi sebagai lapak dagangan. Bedanya, di Malioboro, kedua sisi itu dipisahkan oleh Jalan Malioboro yang dapat dilalui kendaraan umum. Akses pembeli berada di emperan toko, berjejalan dengan para pedagang.
Sedangkan di Pasar Baru, tak ada jalan raya sebagaimana di Malioboro. Justru jalan itu merupakan akses utama bagi pejalan kaki. Selain itu, ada atap kanopi yang tinggi menjulang, membujur dari gapura depan sampai belakang sepanjang kira-kira 2km. Sayangnya, atap itu hanya bisa melindungi pengunjung dari terik matahari, tapi tak bisa melindungi dari basah saat hujan turun.
            Sebagaimana di Malioboro, barang yang dijual di Pasar Baru pun beragam. Mulai dari jajanan kaki lima hingga karpet mahal ada di sana. Tentunya masih ada sesi tawar-menawar, tergantung ketentuan penjualnya. Bila beruntung, Anda bisa menjadi member atau langganan yang berkesempatan mendapatkan potongan harga.
            Pasar Baru terletak di Jakarta Pusat. Ada sensasi tak tergantikan saat berada di dalamnya. Di mana kesan Jakarta yang modern berpadu dengan pasar tradisional tapi tak kampungan. Jangan lupa untuk menyempatkan diri mampir ke Pasar Baru bila Anda sedang berada di Jakarta. Akses menuju Pasar Baru terbilang mudah. Ada bus City Tour yang akan langsung mengantar Anda ke depan Pasar Baru secara gratis. Tapi bila Anda menggunakan bus Transjakarta, turunlah di Halte Pasar Baru yang tepat berhadapan dengan Gedung Kesenian Jakarta.