Laman

Rabu, 05 Juni 2013

Indonesiaku Atlantisku


Mengenai adanya dugaan bahwa Indonesia adalah benua yang hilang yaitu Antartika, sepertinya saya setuju. Semua hal yang saya butuhkan atau yang akan saya butuhkan, ada di sini. Sejak dilahirkan dan bertahan hidup di negeri ini selama 21 tahun lebih saya memang merasa beruntung menjadi Warga Negara Indonesia. Sebelum dan setelah saya tahu mengenai adanya negara-negara lain di seluruh dunia, meskipun ada keinginan untuk mengunjungi beberapa negara lain, saya tetap mencintai tanah air ini begitu dalam. Tidak ada alasan yang bisa menjelaskan secara pasti kenapa saya begitu mencintai Indonesia. Yang jelas, dalam tubuh saya terkandung begitu banyak unsur tanah dan air Indonesia.

Indonesia adalah negeri yang sangat bahkan terlalu potensial untuk semua hal. Baik dari segi SDM, SDA, dan hal lain yang suatu saat nanti dibutuhkan oleh dunia. Saya setuju dengan ucapan Mr. Fahmi yang mengatakan bahwa meskipun bangsa Indonesia pernah dijajah oleh beberapa bangsa dunia sejak masa lampau hingga sekarang (hanya berbeda teknik penjajahan), Indonesia tetaplah negeri yang survive. Di negeri yang secara serampangan dianggap memiliki tanah subur—karena beberapa tanaman bisa tumbuh tanpa perlu ditanam cukup dengan melempar biji buahnya saja—ini selalu lahir dan tumbuh bibit-bibit baru baik SDM maupun SDA. Indonesia tidak pernah kehabisan orang-orang kreatif yang bisa mengolah apapun menajdi hal bermakna bagi hidup mereka masing-masing.

Menjadi negeri yang adidaya seperti Amerika, Cina atau Jepang mungkin bukan hal diambisiuskan bangsa ini. Tapi saya percaya bahwa Indonesia mumpuni untuk sekadar menjadi negara super power. Ini hanya masalah ada tidaknya kemauan dan tekad yang kuat (ambisiusitas). Menurut pendapat saya, Indonesia tidak begitu ambisius untuk hal tersebut. Tapi yang terpenting bagi bangsa negeri ini adalah selalu bisa mengikuti setiap trend dunia. Indonesia tak perlu menjadi yang nomor satu di dunia tapi dunia akan selalu mengingat negeri ini. Itulah poin penting yang saya peroleh dari pengamatan.  

Sebagai negara kepulauan, Indonesia adalah negara besar yang berani untuk mempertahankan puluhan provinsi untuk tetap menjadi bagian dari NKRI. Tidak seperti negara lain di dunia yang membentuknya menjadi negara bagian (united state). Dikarenakan kemajemukan tersebut, Indonesia memiliki keanekaragaman dalam banyak hal: agama, budaya, tradisi, bahasa dll. Jelas bahwa Indonesia adalah negeri yang kaya. Bisa jadi karena kekayaan itulah Indonesia lalai untuk merawat apa yang merupakan miliknya. Wajar jika beberapa “harta” yang dimiliki telah dengan mudah diakui sebagai hak milik oleh bangsa lain. Tapi tetap saja, meskipun demikian Indonesia tidak begitu khawatir kehilangan. Adanya tanah subur yang senantiasa menumbuhkan berbagai keperluan hidup membuat bangsa Indonesia tetap tenang, stay woles dan malas. Apalagi sudah banyak bangsa Indonesia yang cenderung melupakan budaya lokal-nasional dan tertarik pada budaya bangsa lain. Mereka lebih suka ikut-ikutan budaya lain. Misalnya budaya barat dan yang sekarang sedang booming adalah budaya Kpop.


Namun demikian, di postingan sebelumnya saya sudah pernah sampaikan bahwa budaya homoseksual yang dianggap berasal dari budaya barat sebetulnya adalah pendapat yang salah. menurut Kang Putu isu lesbian—yang belakangan kerap menjadi topik di buku-buku sastra—ikut mewarnai buku ini. meskipun kang putu menambahkan bahwa isu lesbian sebenarnya telah ada di indonesia sejak dulu. menurutnya, para warok di jawa timur umumnya memiliki simpanan pria tampan sebagai semacam “sarat” profesi. jadi, menurut kang putu lagi, kita tidak perlu mengucapkan kulonuwon pada budaya barat mengenai isu tersebut. Sebagai bukti tambahan bahwa Indonesia sudah lebih dulu memiliki ‘sesuatu’ yang mungkin dianggap baru bahkan dianggap sebgai budaya dari negara lain. Saya sampaikan pula di sini pendapat Mr. Fahmi mengenai budaya rapper yang dianggap kepunyaan American Black. Rapper asli Indonesia adalah dalang. Mereka bicara secara spontan dengan iringan instrumen musik sebagaimana para rapper. Apa yang dilakukan para rapper sebetulnya hanyalah membaca dengan diiringi beat music