Laman

Sabtu, 22 Desember 2012

Ketika Melupakan Harus dengan Menemukan



Di suatu pemberhentian dalam jalan hidup manusia
Seorang laki-laki turun dari kereta. Ia kemudian bersandar di pagar pembatas menunggu kereta selanjutnya. Langit tampak kemerahan. Mata laki-laki itu memperhatikan sekitar. Ada orang lalu-lalang, pengamen membenahi gitar dan seorang perempuan berkaca mata di seberang. Keesokan harinya kejadian yang sama terulang. Bedanya, ia menemukan potongan kertas bertuliskan “Lupakan”.
Di hari yang lain, saat sedang menunggu kereta laki-laki itu melihat perempuan berkacamata tengah bertengkar dengan seorang laki-laki yang tak lain adalah dirinya. Mereka berpisah berlawanan arah. Laki-laki itu memperhatikan perempuan berkaca mata yang bergegas pergi dengan kemarahan. Tampaknya pria itu tak menyadari bahwa perempuan lain justru sedang memperhatikan dirinya.
Bukanlah tanpa kesengajaan jika film pendek berdurasi sekitar limabelas menit ini dibuat tak berdialog sama sekali. Sebagai sutradara yang merangkap produser, editor sekaligus penulis naskah, Radian “Jawa” Kanugroho punya maksud tersendiri lewat film berjudul “Lupakan” ini.
Berlatar sebuah stasiun kereta, film ini hanya menyuguhkan potongan-potongan peristiwa yang dialami seorang laki-laki saat sedang menunggu kereta. Sepatah kata pun tak dimunculkan dari tiga orang yang ada. Hanya dengan ekspresi wajah dan gestur tubuh, penonton dibiarkan dan dipaksa untuk menerka-nerka apa yang ada dalam pikiran para pemainnya.
Seni melupakan. Hal itulah yang mendominasi makna muatan dalam film ini. Banyak cara yang umumnya dilakukan orang untuk melupakan. Misalnya saat putus cinta, mereka akan membuang setiap benda bernilai kenangan. Selain itu bisa juga dengan pergi ke suatu tempat yang bisa menghindarkannya dari pertemuan-pertemuan tak sengaja dengan orang yang ingin dilupakan. Ada pula yang memaksakan diri agar tak memikirkan, tapi justru semakin teringat.
Seni melupakan yang ditawarkan Radian adalah dengan cara menemukan orang lain. Seperti yang dilakukan laki-laki penunggu kereta tersebut. Saat  menemukan orang lain yang siap untuk mengisi kekosongan hati, secara perlahan kenangan yang tersimpan dalam ingatan akan tersisih. Meskipun ingatan itu tidak benar-benar lenyap, tetapi ada proses laten yang terus mengikiskannya tanpa tekanan yang dipaksakan sebagaimana cara-cara umum melupakan sesuatu.
Banyak hal bisa dilupakan dengan cara ini. Saat kehilangan seseorang, kehilangan benda kesayangan, kehilangan kesempatan berharga, dan semacamnya. Yang jelas, melupakan bukanlah membuang atau melenyapkan sesuatu secara instan. Ada proses yang harus dijalani yaitu kesabaran. Sebab jika mau menyadari, kenangan—pahit atau manis—tercipta untuk hidup di dimensi tersendiri tanpa harus dipermasalahkan keberadaannya. ***

--Dibuat dalam rangka pemenuhan tugas mata kuliah Penulisan Kolom.