Laman

Minggu, 27 Februari 2011

Tiga Banding Satu



Dilahirkan sebagai satu-satunya perempuan dalam keluarga bukanlah sebuah impian, melainkan takdir. Kerap, jika seseorang bertanya dan mengetahui bahwa aku satu-satunya anak perempuan di antara 3 saudara laki-lakiku, “wah, beruntung banget, pasti kamu dapet kasih sayang ekstra”. Aku juga pernah dengar selentingan bahwa nantinya ketika kami telah memasuki fase ‘dewasa’, aku –satu-satunya anak perempuan- akan mendapatkan sebuah perlakuan spesial dari 3 saudaraku tersebut, entahlah seperti apa maksudnya. Yang jelas, aku sangat bersyukur atas semua yang Tuhan berikan. Meski terkadang muncul perasaan-perasaan sedih karena tak memiliki teman untuk berbagi, seorang kakak perempuan.

Terlepas dari apapun itu, aku percaya bahwa Tuhan lebih paham apa yang kita butuhkan. Memiliki 3 saudara laki-laki sekaligus, bagiku sangat memberi warna dalam hidup.

Kakakku, anak sulung dalam keluarga kami adalah tipikal pria yang sangat patuh beragama. Ia bisa (sedang) menyeimbangkan antara kehidupan dunia dan akhirat. Dia adalah motivator dalam hidupku. Hidupnya sistematis, penuh perhitungan.
Namanya Agus Herryanto. Salah satu kisah masa kecilnya yang kuingat adalah:
Dulu, saat usianya baru 5 tahun ia selalu ikut ke sekolah jika Ibu kami mengajar. Karena keintensifannya mengikuti kelas (1 SD), maka ketika hari pembagian raport ia merengek bahkan hampir menangis karena tak mendapatkan raport seperti yang lainnya. Akhirnya atas izin kepala sekolah, kakakku mendapatkan raport. Sejak saat itulah ia resmi menjadi murid SDN 4 Pardasuka. Kediniannya masuk SD membuatnya menjadi sarjana pada usia 21 tahun, bukan 22. SD 6 tahun, SMP 3 tahun, SMA 3 Tahun dan kuliah 4 tahun.
Beberapa bulan setelah menuntaskan kuliahnya, kakakku diterima bekerja di sebuah perusahaan ternak, sebagai penyuluh. Sejauh yang kutahu, pekerjaannya adalah memperhatikan pola makan ternak-ternak, memberikan obat jika ada hewan yang sakit, menghitung bobot hewan sebelum dijual dsb. Kini, 4 bulan sebelum usianya genap 23 tahun, ia telah menikah dengan seorang wanita pilihannya. Ah, suka atau tidak suka, sebenarnya aku telah “kehilangan” seorang kakak, satu saudara laki-lakiku.
22 februari 2011 lalu ia resmi menikahi teman SMAnya. Aku jadi ingat satu lagi kejadian paling konyol (mungkin), sepanjang hidupnya.
Suatu hari, kakakku tidak pulang ke rumah setelah sekolah. Kami sekeluarga paanik, namun yag terlihat sangat panik adalah aku dan ibuku. Waktu itu adikku Adfa belum lahir, dan aku tak tahu kemana ayah dan adikku (Aan) waktu itu. Yang jelas selepas maghrib kami berdua pergi ke wartel. Dengan modal sebuah hp (butut) kakakku yang entah sengaja atau tidak, ditinggal di rumah. Sampai di wartel, ibu mendaulatku untuk menghubungi semua nomor hp teman-teman kakakku. Dan dengan polosnya aku mengiyakan. Sayang, kami tak mendapatkan informasi apapun. Ketika itu aku sempat berfikir, jangan-jangan kakakku tak punya teman? *tuing. Keesokan harinya kebetulan hari minggu, kakakku akhirnya pulang. Ba-bi-bu pertanyaan kami tumpahkan padanya, ternyata ia pergi ke Tangerang dengan temannya, demi untuk membeli seperangkat perkakas semacam obeng yang sedang dijual murah. Aku sampai tak habis pikir. Dan efek terbesar yang timbul dari rentetan peristiwa tersebut adalah, kakakku tidak masuk sekolah gara-gara semua temannya menanyakan keberadaannya setelah kuhubungi satu-satu malam itu. =D.

aku adalah anak kedua dalam keluarga, setelahku adalah adik pertamaku, Aan Novan Setiawan. Jika dibandingkan, adik dan kakak pertamaku adalah dua orang sangat bertolak belakang. Dalam bidang agama adikku sangat kurang, semenjak masuk sekolah menengah ia menjadi semakin ‘bandel’ dan semaunya, suka keluar malam saat malam minggu, playboy, dan... alay (–-‘), ini yang paling kusayangkan. Dengan wajah gentengnya, adikku memang wajar jika playboy, tapi kenapa harus alaaaaay???, hmp.
Aku pernah membawa perihal adikku ini dalam liqo’ ketika sma, murobbiku pun menyarankan agar aku memberi perhatian lebih padanya. Beliau mengatakan bahwa laki-laki lebih sulit menemukannhidayah dibandingkan perempuan. Jika sudah terlanjur seperti itu, maka harus ada yang mengaragkannya. Maka akupun pelan-pelan menyarankan pada adikku untuk mengikuti ekskul Rohis di sekolahnya. Awalnya ia menurut, namun belum sampai seperempat perjalanan ia memutuskan untuk keluar dan memilih ekskul Pramuka. Alsannya saat kutanya mengapa adalah ketidakkondusifannya ekskul Rohis. Ya, kuakui mmang seperti itulah Rohis. Jika tidak ada tekad kuat, pasti mental.
Namun, yang membuat aku tetap bangga dan menyayanginya adalah kerajinannya. Kami bertiga (aku belum tahu bagaimana Adfa karena usianya baru satu tahun) mewarisi kebiasaan baik orangtua kami, yaitu rajin belajar. Bandel- bandel begitu, adikku tetap berprestasi di sekolahnya. Semester lalu ia mendapat peringkat pertama di sekolahnya, jurusan elektro. Dan itu membuatnya diperbolehkan membawa Vixion ke sekolah oleh orangtua kami. Dan malam ini, aku baru saja mnemaninya membuat tugas dari sekolah, merangkai sound system. Kami tertawa lepas saat bersama mendengar hasil rakitannya yang menggunakan salon rusak, suaranya seperti alien =D. Adikku tetaplah adikku =)

Yang terakhir, si kecil yang cerdas, Adfarizkia Al Hanif. 5 februari ini tepat 1 tahun usianya. Kami sekeluarga memang syang banget sama dia, aku aja saking excitidnya bela-belain pesen mainan ke Yayuk buat dia, sama kemaren pas di jogja aku beliin puzzle. Padahal pas sampe ditangannya Cuma diusek-usek, yaiyalah, belom ngrti gimana maeninnya. Malah sepupu-sepupunya yang udah 3-4 tahun yang maenin.
Perkembangan Adfa memang pesat, dia uda bisa ngeledekin orang-oran disekitarnya, terutama aku, yang baru bisa ketemu tiap 6 bulan sekali. Gaya meringisnya kalo lagi puas ngerjain orang, khaaas banget =)  

Minggu, 13 Februari 2011

tebing bunga lili


Suatu ketika, di sebuah tebing yang sangat tandus dan benar-benar tandus. Tak ada air, hanya angin dan matahari. Sebutir biji bunga lily terdampar di sana. Dalam keadaan bingung, bakal Lily tersebut tak tahu harus berbuat apa. Tak ada tumbuhan lain di sana, tebing tandus.
Tiba-tiba sehembus angin yang lewat, berbisik pelan kepada Lily. “Hey bakal bunga Lily, untuk apa kau datang kemari. Di sini tak mungkin ada kehidupan. Lihatlah sekelilingmu, apakah ada yang hidup selain kau, Ha?”
Mendengar pernyataan yang lebih pada peremehan tersebut, ia hanya diam. Ia mencoba tak peduli pada cemoohan sang angin, dan itu membuat angin pergi meninggalkannya. Tak lama setelah kepergian angin, giliran matahari menghampirinya. Dengan garang sinarnya yang tepat di atas kepala, matahari tertawa menyeringai sambil berkata, “Hey! Kau cari mati di sini? Kau tak mungkin bisa hidup di sini. Kau butuh air untuk bisa hidup. Sebaiknya kau pergi dari sini. Biarkan tebing ini tetap mati!”
Selepas matahari pergi meninggalkannya, keadaan menjadi sangat gelap. Tapi ia masih bisa merasakan keberadaan angin yang berbisik-bisik pelan, mendesis tentang ketakmungkinannya hidup di sana. ..
*bersambung

Sholat Jamak dan Qashar


Solat Jama’ & Qasar
Solat Jamak
Yang dimaksud dengan solat Jama adalah penggabungan dua waktu solat dan dikerjakan dalam satu waktu, misalnya solat Zhuhur dengan Ashar dan Maghrib dengan Isya.

Bila solat Zuhur dikerjakan bersama-sama dengan Ashar di waktu Ashar, maka dinamakan Jama Ta’khir. Sebaliknya bila solat Ashar dikerjakan bersama-sama dengan Zuhur di waktu Zuhur disebut Jama Taqdin. Demikian juga bila solat Maghrib dan Isya dikerjakan bersama-sama pada waktu Maghrib, ia disebut Jama Taqdim, sebaliknya solat Maghrib dengan Isya dikerjakan bersama-sama pada waktu Isya, ia dinamakan Jama Ta’khir.
Zuhur, Ashar, Isya dan Maghrib, rakaatnya tetap, 4,4,4, dan 3. Dalam solat Jama’ baik yang taqdim maupun takhir, maka solat yang didahulukan mengerjakannya adalah solat yang lebih dulu waktunya. Jadi, bila selesai dengan shalat Zuhur, harus dilanjutkan dengan solat Ashar; begitu pula dengan solat Maghrib dan Isya.

Solat Jama boleh dikerjakan oleh orang-orang yang:
* Kerana dalam perjalanan atau musafir, iaitu sejak ia berangkat hingga kembali ke kampung
* Kerana sedang mengerjakan pekerjaan-pekerjaan berat yang betul-betul sulit ditinggalkan.
* Ataupun sebab-sebab lain yang seseorang tidak mampu menunaikan solat tersebut tepat pada waktunya.


Harus ada niat dalam hati bahawa ia mengerjakan solat Jama’.
Shalat Qasar
Yang dimaksud dengan solat Qashar ialah mengerjakan solat yang empat rakaat menjadi 2 rakaat sahaja, yakni solat Zhuhur, Ashar, dan Isya. Dalam Al Quran disebutkan:
“Dan apabila kamu bepergian di muka bumi, maka tidaklah mengapa kamu mengqashar shalatmu jika kamu takut diserang orang-orang kafir. Sesungguhnya orang-orang kafir itu adalah musuh yang nyata bagimu”. (An Nisa 101).
Diriwayatkan oleh Ahmad, Muslim, dan Abu Dawud dari Yahya bin Mazid r.a. katanya:
“Saya telah bertanya kepada Anas tentang mengqashar shalat. Jawabnya: Rasulullah s.a.w. “Apabila ia berjalan jauh 3 mil atau 33 farskah (25,92 km), maka beliau solat dua rakaat”
Dalam keterangan lain disebutkan bahwa Umar r.a. bertanya kepada Rasulullah s.a.w. :”Apakah halnya kita, sedangkan kita telah aman”.
Rasulullah s.a.w. menjawab: “Itu adalah sadakah yang diberikan Allah s.w.t. kepada kamu, maka terimalah sedekahnya itu” (HR Ja’la bin Umayyah)
Solat Qashar boleh dikerjakan oleh seseorang yang tengah berpergian (musafir) baik dalam keadaan aman, maupun dalam keadaan ketakutan; baik perjalanan wajib atau biasa, asalkan perjalanan yang bukan maksiat. Dalam perjalanan Haji, menuntut ilmu, berdagang, mengunjungi sahabat dan lain-lain, halal untuk
mengqasharkan solat.
Adapun solat qashar saja, maupun qasahar dan jama’ yang dilakukan seseorang selama masa perjalanan, maka setelah ia tiba dirumah kembali, solatnya tidak perlu diulangi.
Seorang musafir, boleh mengerjakan jama’ dan qashar sekaligus. Bila ingin mengerjakan jama, dan qashar, jika ingin azan, maka azannya cukup satu kali saja dan iqamahnya dua kali. Caranya, mula-mula azan, lalu iqamah dan solat. Bila telah selesai ia iqamah sekali lagi untuk solat berikutnya. Solat qashar adalah
bagian dari ketetapan agama Islam.


Boleh jama’ di dalam negeri
“Telah berkata Ibnu Abbas: Rasulullah s.a.w. pernah sembahyang jama’ antara Zuhur dan Ashar, dan antara Maghrib dan Isya, bukan diwaktu ketakutan dan bukan di dalam pelayaran (safa). Lantas ada orang bertanya kepada Ibnu Abbas: “Mengapa Rasulullah s.a.w. berbuat begitu? Ia menjawab: “Rasulullah s.a.w. berbuat begitu kerana tidak mahu memberatkan seorangpun daripada umatnya”. (HR Imam Muslim)


Boleh Seketika, Tetapi Bukan Leluasa
Bila anda berpergian sebelum tergelincir matahari (yaitu sebelum Zuhur dan ternyata Zuhur tidak dapat dikerjakan pada waktunya kerana ada kerumitan atau halangan yang susah dielakkan), maka Zuhur dapat dikerjakan pada waktu Ashar, bersama-sama dengan solat Ashar. Bila anda keluar sesudah tergelincir matahari, yakni sudah dalam Zuhur, sedangkan anda sendiri memperkirakan tidak mungkin ada kesempatan untuk mengerjakan solat Ashar tepat pada waktunya, maka Ashar dapat anda kerjakan bersama-sama solat Zuhur di waktu Zuhur itu juga, demikian halnya dengan solat Maghrib dan Isya.


Yang Penting Niat
Bagi seorang yang betul-betul sibuk dengan tugas yang tidak dapat ditinggalkan (atau bila ditinggalkan dapat merosak), maka baginya ada keizinan/keringanan untuk mengerjakan solat jama’ (Zuhur dengan Ashar di waktu Zuhur atau Zuhur dengan Ashar di waktu Ashar. Begitu juga Maghrib dengan Isya, sekali pun ia berada di dalam kota atau negeri. Tetapi, cara yang demikian bukanlah untuk dijadikan kebiasaan, namun dibenarkan bagi yang memang memerlukan, baik dalam solat atau diluar solat.


Pada waktu sujud dianjurkan membaca:
Sajada wajhiya lilladzii khalaqahu wasyaqqa sam’ahu wabasharahu bihawlihi waquwwatihi. (Aku bersujud kepada Allah yang menciptakannya, memberikan pendengaran dan penglihatan dengan kekuasaan dan kekuatan-Nya)


Catatan:
Bila diluar solat, pembacaan ayat yang ditentukan melakukan sujud tilawah, maka pendengar (menyaksikan) dianjurkan ikut bersujud; bila mereka tidak ikut bersujud, maka tidak akan berdosa.
Bila dalam solat jamaah, Imam bersujud tilawah, maka makmum wajib ikut bersujud, bila makmum tidak bersujud, maka gugurlah kedudukannya sebagai anggota solat berjamaah.
sumber terkait : http://syazuan.blogspot.com/, http://radensomad.com/tatacara-dan-tutorial-solat-jama-dan-qasar.html

where will me go?


Rencana kedepan setelah lulus
(Ini tulisan tangan yang saya buat untuk pengajuan beasiswa PPA FIB Undip)

Awal ketertarikan saya pada jurusan sastra indonesia adalah karena kecintaan saya pada karya sastra: puisi, novel, dan teater. Berangkat dari kecintaan tersebut akhirnya dengan berbagai proses yang harus dilalui, saya di terima di FIB Undip.
Satu hal yang sempat membuat saya terkaget-kaget ketika telah mulai mengikuti proses perkuliahan adalah sebuah pernyataan yang sepertinya digembor-gemborkan oleh beberapa dosen: “Di sini kalian bukan dididik untuk menjadi seorang penulis, melainkan menjadi seorang ahli sastra”. Pernyataan ini sempat membuat saya down, namun akhirnya saya sadar bahwa hal itu memang benar. Dan akhirnya saya kembali bersemangat. “Saya memang tidak dididik untuk menjadi seorang penulis, melainkan menjadi seorang ahli sastra. Tetapi itu tidak berarti saya tidak boleh menjadi penulis!”. Jadi, setelah lulus nanti saya akan menjadi seorang Penulis.

Memang, untuk menjadi seorang penulis tidak harus menunggu lulus kuliah. Namun, untuk menjadi seorang penulis dibutuhkan sebuah proses. Dan kuliah adalah salah satu tempat untuk berproses, menggali ilmu dan pengalaman sebanyak mungkin. Nantinya saya tidak hanya ingin menjadi seorang penulis saja, sekedarnya. Melainkan penulis yang serba bisa. Disamping berprofesi sebagai seorang penulis, saya akan tetap menjadi seorang ahli sastra (kritikus), mendirikan sebuah bengkel sastra dan Penerbitan. Dalam perjalanan tersebut saya juga merencanakan menjadi seorang editor juga penulis lepas. 
saya teringat pada obrolan dengan seorang teman bebeapa waktu lalu di sela latihan teater. mungkin banyak orang yang masih memandang sebelah mata jurusan sastra Indonesia. kerap, pertanyaan yang mereka lontarkan: "kamu mau ngapain setelah lulus nanti?" . dan saya suka sekali statemen teman saya itu : "kalo emang mereka ngerti, mereka akan mengganti pertanyaan mereka apa yang udah kamu lakukan sekarang? .
saya sangat setuju. ya, mungkin karena memang saya mengerti. ^^

Senin, 07 Februari 2011

kita hanya terlambat tahu, dan itu menciptakan suatu Penyesalan


Iya sama, aku juga nyesel. Bahasa Jakartanya, “Gue juga kadang-kadang nyesel uda kenal sama lo!”

Kaget gak baca statemen di atas?
Terkadang, meluapkan emosi adalah memetik sekantong udara yang ranum di ranting pohon. Entah kenapa.
Seseorang ketika sedang emosi sebenarnya sedang mengalami ketaksadaran. Setiap orang memiliki sisi gelap, dan itu terlihat ketika mereka emosi. Namun itu tak bisa lantas dianggap sebagai satu-satunya karakter asli orang tersebut. Karena ketika sedang dalam keadaan tenang, ia pun sedang menjadi dirinya, dari sisi terang, dari sisi ke-manusia-an.dan itu karakternya juga.
Penah merasa menyesal mengenal seseorang?
Aku pernah mengalami. Rasanya menyesal, me-nyesal.
Kenapa?
Hakikat penyesalan mengenal seseorang adalah karena hati kecil kita tak mampu menerima kenyataan bahwa ada keburukan pada diri seseorang, yang terlambat kita tahu. Seharusnya kita bisa mengenal seseorang dari dua sisi hidupnya, apalagi ketika bemaksud menjadikannya sebagai seseorang yang tinggal di hati kita.

Jumat, 04 Februari 2011

Cinta, oh cinta



Dalam hal jatuh cinta, aku sudah cukup berpengalaman dan bisa menerima dengan legowo, bahwa jatuh cinta bukanlah kewenangan manusia sebagai makhluk Tuhan. Cinta itu datang pada saat yang seringnya tak pernah kita duga. Begitupun perginya.
Jatuh cinta bagiku adalah doorprize. Hanya  bisa diharapkan dan direncanakan, sedangkan realisasinya adalah kewenangan Tuhan.
Aku jatuh cinta lagi. Ah, akhirnya kuungkapkan juga kalimat ini. Sedikitpun tak pernah kusangkakan hal ini akan terjadi. Semuanya berawal dari keikutsertaanku pada salah satu lembaga aktivis kampus. Awalnya aku didorong oleh teman-teman Unit kegiatan Mahasiswa (UKM) untuk mengikuti seleksi, sebab aku menyadari tak berbakat dalam bidang politik, sedangkan lembaga yang akan kuikuti seleksinya jelas beraroma politik. Aku sangat anti politik, meskipun kata guru sosiologiku saat SMA dulu, pada dasarnya  politik adalah alat komunikasi.
Beberapa tahap kulalui. Kampanye sana-sini, diskusi dengan para demisioner dsb. Akhirnya aku mendapat kalo gak salah 42 suara dari fakultas, dan bersama 8 orang lainnya dilantik menjadi anggota Senat Mahasiswa Fakultas.
Banyak hal-hal baru yang kudapatkan selain teman-teman baru. Pola pikirku berangsur megalami perkembangan. Aku hidup pada lingkungan baru yang tentu saja setiap hal baru selalu menyenangkan, menurutku.
8 desember, Sehari sebelum memasuki masa kampanye aku mengalami suatu perasaan yang sangat menyenangkan. Ketika itu aku dan seorang teman sedang duduk di joglo kampus, menyaksikan kampanye calon ketua BEM. Saat sedang duduk, tiba-tiba seseorang melihat kearahku dengan senyum tertahan. Aku belum pernah melihatnya sebelum ini. Dengan senyum yang masih tertahan, ia berjalan melewatiku, sebentar ia berpaling, kemudian kami saling lihat lagi. Ternyata ia hanya berputar membelakangiku untuk kemudian berdiri di sebelah kananku, agak jauh. Itulah pertana kalinya di senat mahasiswa aku mendapatkan satu perasaan yang patut kusyukuri, Penasaran.
9 desember aku dan teman-teman melakukan kampanye putaran pertama, kami tidak bertemu. Esoknya saat kampanye putaran kedua, seluruh peserta berangkat ke kampus atas untuk kampanye lanjutan. Tak kusangka ia kembali hadir. Ah, aku ingat ketika itu gigiku sedang ngilu karena kondisi cuaca sedang musim dingin. Pipiku kupasang layar salonpas. Kami bertemu pandang. Lagi-lagi senyumnya tertahan. Aku yang sedang ngobrol dengan teman-teman yang lain pun tak ingin melewatkan saat-saat medebarkan itu. Ia berjalan melewatiku menuju sebuah bangku. Kami sama-sama berpura-pura acuh. Sampai di bangku ia duduk, tepat menghadap kearahku berdiri. Oh, Tuhan.
Kurang lebih dua minggu kami tak pernah bertemu. Informasi mengenai dirinya pun sangat minim. Aku hanya tahu bahwa dia mahasiswa ekstensi di fakultas. Kami seangkatan namun beda jurusan. Aku kuliah pagi sedangkan dia kuliah sore. Sampai suatu ketika Himpunan Mahasiswa Jurusannya mengadakan acara opera di kampus. Kebetulan aku dan teman-teman satu jurusan akan ngamen guna menggalang dana jelang pentas teater. Di sana kami bertemu. Dengan sumringah jantungku berpacu sedikit lebih cepat saat melihatnya mengenakan kaos yang senada dengan jaketku, belang hitam-putih. Selesai acara, penonton bubar. Aku berdiri di depan teras dengan teman-teman, kulihat ia pun keluar dengan seorang teman yang kukenal, anggota Sema. Cukup lama kami berdiri pada posisi masing-masing, dengan sesekali saling curi pandang.
Gerimis mulai jatuh. Kulihat ia berjalan sambil menutup kepalanya dengan tas. Ia menyebrang ke warung depan kampus. Sebelum menyebrang ia sempat melihat kearahku, aku buang muka. Sampai di warung ia berdiri sebentar, melihat kearahku. Kemudian ia duduk. Kami kembali saling pandang dari kejauhan, saling memperhatikan. Mungkin pertanyaan kami sama, “ini maksudnya apa ya?”
Ah, tapikan dia duluan yang mulai. Aku hanya mengikuti cara mainnya, kenapa tiap kali bertemu ia selalu melihatku dari jauh? Sampai sekarang kami belum saling kenal.
19 desember, pagi hari sebelum pentas drama jurusan, kami bertemu lagi. Aku dan teman-teman Sema berseragam almamater karena akan mengikuti acara pelantikan Sema dan Bem. Sebentar kami saling pandang dari kejauhan. Namun tak lama ia duduk didekatku, kami membentuk sudut. Dengan jarak yang sangat dekat itu, kurasa kami bisa saling mendengar suara obrolan antara aku dan teman-teman sema, dan antara dia dengan teman-teman jurusan. Satu hal yang akhirnya kuungkapkan pada temanku adalah, siapa dia sebenarnya, apakah termasuk salah satu anggota Bem? Temanku yang juga anggota Bem tak mengiyakan. Jadi kalo dia bukan anggota Bem, apalagi Sema, kenapa ia selalu hadir di setiap acara Sema dan Bem yang kuikuti?
Aku jatuh cinta padanya. Mungkin ini konyol. Ah, tapi jatuh cinta memang selalu konyol. Siangnya saat acara pelantikan usai, aku bergabung dengan teman-teman jurusan untuk mendekorasi panggung teater di lantai 2. Saat keluar sebentar, aku berdiri di balkon dan mendapati dirinya tengah berpose di depan kamera, mengabadikan kebahagiaan kampus baru kami. Entahlah, aku begitu menikmati pemandangan itu dari balkon. Kami hanya saling lihat satu kali, selebihnya, kupikir  ia sengaja tak melihat kearahku, dan aku tak peduli, terus memperhatikannya dari balkon.
Hari itu sebenarnya aku kecewa. Selain kami tak seperti saat pertemuan tak sengaja dua kali sebelumnya, hari itu aku melihatnya selalu berdekatan dengan ketua HMJ jurusannya, seorang wanita. Sekilas, mereka memang lebih cocok dilihat bersama, serasi. Seketika itu kuputuskan untuk menyudahi penasaranku tentang siapa sebenarnya dia. Aku mencoba tak peduli.
Setelah hari itu kami tak belum betemu lagi, kebetulan juga ini masa libur semester. Aku tak begitu merindukan saat-saat kami saling pandang dari jauh. Mungkin aku memang sudah ikhlas melupakannya. Sampai suatu ketika, tiba-tba aku merasa deg-degan ketika bertemu seseorang yang lain. Lagi-lagi aku tak pernah menyangka apalagi merencanakan. Sebenarnya kehadiran seseorang ini bersamaan dengan hadirnya dia. 
Sosok seseorang yang membuatku deg-degan ini sebenarnya lebih sesuai dengan kriteriaku, dibandingkan dia. Seseorang ini adalah ihkwan, namun tidak fanatic dan seorang organisator. Aku tak bisa menjelaskan bagaimana aku berani bilang bahwa aku jatuh cinta lagi! Yang jelas suatu malam aku merasa tiba-tiba mengingatnya dan jatungku berdegup lebih cepat. Sengaja kubuka foto profil di Fbnya, dan sumringah melihat senyumnya yang bersahaja.
Pernahkah kamu bertanya, kenapa Tuhan kerap menjatuhkan perasaan cinta kita pada seseorang, namun tak sekalian membantu kita untuk mendapatkannya?
Tuhan, aku jatuh cinta. Terima kasih atas perasaan ini, semoga kali ini aku tidak salah jatuh cinta. Aku bersyukur bisa menyukai seseorang yang mencintaimu. Semoga kali ini aku bisa lebih menjaga perasaan. Semoga ia adalah jawaban dari doaku selama ini. Aku ingin mencintai seseorang yang mencintaimu. Seseorang yang nantinya bisa menemaniku untuk lebih mengenalMu. Seseorang yang keimanannya lebih di atasku.  Amin…
*27 jan 2011

Tuhan, ternyata di hatinya telah ada seseorang. aku sedih Tuhan. tapi tak apa. aku mundur saja ya...
3 Feb 2011