Laman

Jumat, 12 September 2014

Where is Home?

Passion, obsesi, target, dan mimpi ibarat suatu jalinan yang nantinya menjadi sebuah jalan panjang bagi seseorang menemukan “rumah”. Percaya atau tidak, sebagian orang tidak lagi puas menerima pemaknaan rumah sebagaimana lumrahnya. Makna rumah telah bergeser menjadi lebih luas, tak sekadar tempat tinggal atau tempat berteduh dari panas dan hujan. Kenyataan semacam ini mudah ditemukan dalam berbagai ungkapan pada lagu bertemakan rumah. Satu yang akan lekas terbesit dalam pikiran adalah “Home” yang dibawakan Westlife, dan telah dinyanyikan dalam versi lain oleh Michael Buble.

Lebih jauh lagi, coba dengar dan resapi lagu “Temporary Home” yang dibawakan oleh Carrie Underwood. 
Little boys six years old. A little too used to being alone. Another new mom and dad. Another school, another house that will never be home. When people ask him how he likes this place. He looks up and says with a smile upon his face. This is my temporary home, it’s not where I belong. Windows and rooms that I’m passing through. This is just a stop on the way to where I’m going. I’m not afraid because I know this is my temporary home. 
Ini hanya gambaran kecil bahwa ternyata di dunia ini, seseorang tak pernah berhenti mengikuti hasrat diri, passion, mencari hingga menemukan tempat yang bisa disebut rumah, yang menyamankan hati, serta mendamaikan. Sebagaimana ungkapan yang cukup populer dan bisa ditemukan pada lagu Jennifer Chung berjudul “Common, Simple and Beautiful Life” bahwa “Home is where the heart is”.

Seseorang pernah bertanya pada saya, apa perbedaan antara “home” dengan “house”? Santai saya jawab bahwa perbedaannya ada pada penekanan makna. Di seberang benua sana ada sebuah bangunan bernama White House, di tepi jalan pun mudah bagi kita menemukan beragam tempat bernama Coffe House, Tea House, Boarding House, Pet House, dan lainnya. Itu menunjukkan bahwa house lebih menekankan pada bangunan yang lokasinya spesifik dan bisa dilihat.

Referensi dari berbagai lagu bertemakan “rumah” pun makin meyakinkan saya bahwa “home” memiliki makna yang teramat dalam mengenai “rumah”. Sesuatu yang tak harus berwujud bangunan, tetapi lebih pada zona nyaman yang berbeda antara satu orang dengan orang lainnya. Mereka yang berada di ‘rumah’ kadang merasa tak nyaman. Justru mereka bisa lebih leluasa mengungkapkan rasa sayang pada keluarga saat sedang berada di tempat yang jauh dari rumah. Bagian larik yang bercetak tebal di atas juga bisa menjadi jawaban, bahwa house tak akan pernah bisa menjadi home. Atau coba pikirkan, kenapa seorang sutradara memilih judul Home Alone dan bukan House Alone.

Saat kembali pada persoalan passion, rumah yang sedang saya tuju selalu mengarah pada hal terkait buku. Jadi tak heran, di manapun saya berada, saya akan merasa nyaman bila berada pada jalur tujuan. Tak peduli saya berada di tepi jalan menunggu bus lewat, saya sedang di kapal berlayar menyeberang pulau, saya sedang galau menanti jodoh *eh* asal saya bersama buku, saya merasa sedang berada di atau dalam perjualanan menuju rumah dan tak perlu mengkhawatirkan apapun. Bagi saya, home is where you can make love with your book, even there are people around, even you're on a trip

Saya punya mimpi besar bersama buku, salah satunya membangun semacam taman bacaan tapi punya fungsi lebih dari itu. Tentu proses yang tak bisa saya lewatkan adalah mengumpulkan sebanyak mungkin buku, baik dalam bentuk cetak ataupun elektronik. Untuk buku yang masih bisa dijangkau dalam bentuk cetak, saya akan membelinya di toko buku. Sementara untuk buku yang mungkin sudah tidak cetak ulang, buku yang tidak dipasarkan di Indonesia, buku berbahasa asing, atau bahkan buku yang berharga miring, solusi yang saya ambil adalah dengan memburunya di toko buku online dalam versi pdf. 

Salah satu yang menurut saya recomended adalah electrabookstore. Bagi para pegiat buku yang makin lengket dengan gadget, saya pikir tak ada salahnya coba mengintip koleksi yang dimiliki toko buku elektrik ini. Seolah melek teknologi, ownernya hadir melalui beberapa akun media sosial yang tengah digandrungi masyarakat, di antaranya twitter:electrabooks_ , instagram/line:electrabookstore  dan BB: 29D3A51B

Percayalah, setiap orang telah diciptakan dengan suatu tujuan spesifik dari Tuhan. Maka berusahalah menemukan passion, untuk kemudian melanjutkan misi untuk pulang ke rumah sesungguhnya. Hati-hati di jalan ya :) 

Perjalanan saya berlayar dengan kapal Feri

Hidup adalah Keputusan

Jika ada yang mengatakan bahwa hidup adalah pilihan, maka sesungguhnya kalimat itu mengandung konsekuensi bahwa hidup adalah tentang bagaimana mengambil keputusan. Masalahnya, ada sebagian orang yang takut untuk mengambil keputusan hingga membiarkan sesuatu terjadi di luar kendalinya. Banyak tidaknya pilihan yang membuat galau, akhirnya berujung juga pada sebuah keputusan. Siap tidak siap, sadar atau belum sadar, waktu akan menunjukkan bahwa setiap orang telah mengambil keputusan atas pilihan yang ditawarkan oleh kehidupan.

Ada orang yang memutuskan untuk menjalani saja hidupnya seperti air mengalir,tanpa target, tanpa obsesi apalagi mimpi. Tetapi lupa bahwa filosofi air mengalir adalah selalu mencari celah sekecil apapun untuk bertahan melanjutkan hidup. Bukan sekadar pasrah sebelum berusaha. Terlebih lagi, pasrah tak sama dengan tawakal. Sebuah kisah tauladan berikut ini barangkali bisa menjadi gambaran mengenai perbedaan keduanya.
Suatu hari ada seseorang yang pergi ke masjid dengan membawa unta. Sesampainya di masjid, ia turun dari unta kemudian langsung masuk ke masjid. Orang itu masuk tanpa terlebih dahulu mengikat untanya. Ketika ditegur Rasulullah, orang itu lantas berkata, “Saya tawakal kepada Allah.” Mendengar jawaban itu lantas Rasulullah memberi tahu bahwa bukan seperti itu cara mengamalkan tawakal kepada Allah. Cara bertawakal adalah: ikat untamu, barulah engkau bisa tawakal (The Perfect Muslimah, Ahmad Rifai Rifan: 46). Dalam KBBI, antara pasrah dan tawakal pun dibedakan oleh ada dan tidaknya unsur ‘usaha’.
Di sisi lain, orang yang telah memutuskan untuk mewujudkan seabrek mimpi justru sibuk membuat berbagai celah atau peluang agar targetnya lekas tercapai. Hidupnya penuh dengan semangat dan kerja keras. Impian yang mereka gagas pun beragam, dari yang hanya untuk diri sendiri hingga impian yang ditujukan bagi orang banyak. Mereka tidak bisa bergeming menunggu takdir Tuhan menghampiri, justru berinisiatif untuk mendatangi takdir itu. Jika satu mimpi sudah direalisasikan, mereka bergegas menuju impian lain yang sudah masuk dalam daftar tunggu.