Laman

Rabu, 31 Agustus 2011

kosong kosong

ini adalah ramadhan dan lebaran tersuram sepanjang yang pernah ada. semuanya saling mempengaruhi. ga mood kemana-mana apalagi ke rumah embah di metro, lampung timur. kalut banget rasanya. aku butuh sunyi, sepi, dan sendiri. lebaran ini aku mau di rumah aja, sendirian. kalian pergilah berlebaran sana.oya, 


"minal aidin wal faidzin ya, maafkanlah kesalahanku lahir dan batin"

Rabu, 24 Agustus 2011

Slytherin Bubaran 1432 H


Banyak banget sebenarnya kendala untuk acara bubar ini. sejak 2 tahun yang lalu pas awal-awal kita jadi mahasiswa, kebiasaan jelek anak-anak slytherin adalah kebanyakan sepik kurang realisasi. awalnya paling kita ketemu di tag-an foto, tag-an status, dll, bikin wacana untuk bubarlah, lebaranlah, reunilah, eh pas udah rame dan muncul pertanyaan, "oke, trus kapan nih? jawabannya beragam: gue ngikut, waduh tanggal segitu gue gaada di sini, bla bla bla yang endingya adalah ngambang alias emje (mak jelas)

tapi akhirnya, ramadhan tahun ini kita real bubar. dengan koordinasi sederhana dari beberapa anak yang ada di lampung, kita kontekan lewat twitter dan facebook, dicatet sebagai ketupleks adalah delvi, dibantu agus dan dewi.

tanggal 19 yaa, capcus yang pada di luar lampung prepared. pas hari-h gaada semacam jarkom: cuyy ntar kumpul di sini jam segini ya. acara ini bener-bener menuntut kesadaran dan kepekaan, kalo emang niat dateng, ya hubungun tuh "panitia". dan gw dapet jam katanya kita kumpul jam 4 sore.

gw ngehubungin lintang, agus, delvi nanya di mana lokasinya: warung steak depan kfc coffe deket universitas bandar lampung (ubl) . dengan dianter adek gw yang masih labil, kita sempet putar balik tuh di jalur dua ehh pas liat tempatnya, ternyata yang ini. warung yang juga buka cabang di semarang, tepatnya di ngesrep, ngemeng dong. oke, gw turun walaupun belom ada yang stay di sana, bahkan panitianya masih otw . haha, kita gabisa nerapin budaya ontime kita di sini Taa, kata lintang pas gw sms, dia juga masih nunggu nyokapnya balik kerja.

dan gw masuk ke dalam. "mas, udah ada bookingan belom?"
"atas nama?"
atas nama siapa ya? delvi, agus, apa dewi? ah tapi agaknya ah dewi.
"oh mba dewi...", agaknya dewi sama masnya ini kenal baik. dan gw ditunjukkin tempat paling belakang, tempatnya asik kok, deket mushola jadi gampang kalo ntar abis buka tinggal sholat.
jam 5 hampir, gw nyampe duluan di lokasi sebagai peserta bubar terjauh dari semarang! ini meja kita 



beberapa menit kemudian, agus (toge) dateng, trus kita salaman, ngobrol bentar. nih agus masih sama perawakannya, ngobrol sama dia juga masih asik. trus gak lama agus dateng lagi, yang ini agus tenyom. dan gw dibikin SUPER KAGET pas liat perubahan dia yang signifikan banget nih 



bandingin sama ini 




abis itu yang lain beradatangan, gw lupa urutannya, pokoknya ada lintang, delvi, agith, deasy, wetna, dewi, rias, dina, ontie,  ita, icha, melsand, akas, fery, brama, dino si ketua kelas, ocha, dio, rendra, carina, gedon, dila, della sapa lagi ya, lupa gw kayaknya sih udah segitu doang. yang jelas itu jumlahnya beranak pinak dari reservasi awal yang kata dewi cuma 14 orang. 

well, sempet kejadian salah komunikasi gitu dengan  mas-mas pelayannya. gw dan sekitar 10 anak lainnya musti nunggu bahkan ampe kelar sholat maghrib pesenan kita, untung lintang bawa air dan brownis dari rumah (kebiasaan baik yang katanya masih kebawa ampe sekarang di kampus). akhirnya kita buka puasa dan tetap berusaha sabar ketika setengah dari kami lagi menikmati santapan. gw udah firasat kalo pesenan kita itu salah, tapi panitianya keasikan ngobrol kangen. setelah ada yang berinisiatif akhirnya terjadilah proses pemesanan baru sekitar pukul 7 malam. "belom dateng juga pesenannya?", kata yang udah kelar makan beef bbq, yang ditanya cuma senyum sok asik, padahal mulai gedeg sama mas-mas yang kebanjiran pesanan. rame juga nih cabang yang ada di lampung. 

setelah acara makan-makan kelar ada yang pamit balik duluan, mau teraweh agaknya. tapi ya gak taulah. yang jelas kami yang masih bertahan di sana malah merencanakan hal lain: bakar kembang api di PKOR way halim. sebelumnya kita ngejalanin ritual sakral dulu, yaitu photo session =D . yaiyalah, hal terpenting dari acara adalah foto sebagai kenang-kenangan, atau bahasa mahasiswanya tuh sebagai LPJ. 

sayang, gw gak bisa ikut bakar-bakar karena harus pulang. setelah nunggu ditemenin akas, dina, fery dan brama adek gw dateng. acara hari itu emang gak berkesan-berkesan banget, malah biasa aja. tapi bisa ngeliat temen-temen SMA dengan beberapa perkembangan yang ada rasanya bersyukur banget. nih beberapa hal yang bikin gw bersyukur:
- pas adzan maghrib gak cuma gw yang lari ke mushola. tapi ada dino si rambut gimbal, rias yang jago segala-gala (dia buka usaha make up artis sekarang), brama yang abis sakit parah, dan dio. eh kayanya ada lagi, tapi siapa ya?
- anak-anak cowo malah tambah asik pas ngobrol, kaya akas, dino, agus dua-duanya, ner. sukses buat kalian yaa. buat Rendra (Ner), Dino, Dio ayo buruan lagunya dibanyakin trus bikin video klip. Beautiful Sunrise adalah kebanggan yang harus dilestarikan =)
-yang cewe semacam dina, melsand, della, dmbl semuanya masih sama, cuek-cuek ramah khas orang lampung .wkwk
- ohiya, si akas sekarang jadi "artis" dia, jadi icon untuk universitas swasta terbesar di lampung, fotonya nampang di papan reklame lumayan gede. "itu papan nyebar sampe Tarahan, Desta", kata dia pas gw ajak ngobrol. hha. akas-akas. cowo yang sempet dibilang mirip mantannya Dona Agnesia ini emang tampangnya ngejual, ga sombong pula.
- dan yang ga kalah adalah tepat kita bubar yang islami. liat dong gambar ini:




makanlah dengan tangan kanan


dan ini beberapa gambar yang gw punya:



sebelum meluncur ke PKOR, di depan WSS Bandar Lampung kita foto bareng




Selasa, 23 Agustus 2011

Lebaran oh Lebaran

ini hamin (h-) berapa ya? kok harga-harga udah naik aja. seminggu di rumah ngerasa banget jadi prihatin. dari si adfa yang ga enak badan sampe-sampe nyokap ga masuk kerja. yang acara bikin kue sempet keganggu gara-gara harga gas yang kelewatan naiknya. itu para calo ga pada kasian apa, harga 13. 500 jadi 25 ribu? di pom bensin juga udah ludes, di minimarket semacam alfa dan indo juga liyau. lebaran oh lebaran, apa iya rezeki para pedagang cuma ada setahun sekali? #ezzz

Ingatan Laras

Rasanya ngeliat mantan punya pacar lagi ternyata lebih nyakit daripada diputusin ya.
“Emang kamu pernah diputusin?”
Lamunan Laras pecah. Kembali ia membasuh wajah yang sebelumnya telah dilumeri dengan krim pembersih wajah. Ini ketiga kalinya ia melamun saat melakukan sesuatu. Tadi pagi saat selesai sholat subuh, lalu saat ngobrol ditelpon dengan Agis siang tadi, dan ini yang ketiga.

Agis baru tiba dari kampung, ia sepupu Laras. Sudah sejak berbulan-bulan yang lalu ia bilang ingin sekali main ke rumah Laras. Maka setibanya Laras di rumah ia bersemangat sekali. Idul fitri tahun ini Agis akan berlebaran di rumah Laras, padahal biasanya keluarga Laraslah yang berkunjung ke rumah nenek, rumah yang bersebelahan dengan rumah Agis di kampung sana.

Keran air dimatikan lalu Laras keluar dari kamar mandi. Agis masih menggosok giginya di depan westafel. Wajah Laras memang nampak tak segar seharian ini. Ah, tapi ia juga tak tahu apakah ini akumulasi dari duka yang ditahan sejak sekitar sebulan lalu.

“Abis mandi lecek amat muka kamu?”, Agis menimpal pertanyaan yang sengaja belum dijawab, berharap ia lupa. Laras nyengir. Agis telah selesai menggosok gigi. Dari dulu Agis tak berubah, ia tidak menggosok gigi saat mandi tapi setelah selesai mandi di luar kamar mandi.

Sampai di kamar Laras langsung melempar tubuh ke kasur lagi, dilihatnya jam bergambar jerapah menunjukkan pukul 6 tepat. Sebentar lagi adzan maghrib, saatnya berbuka puasa, mungkin wajar kalau ia merasa begitu lemas. Meskipun sedang tak berpuasa, ia mengikuti pola makan orang yang berpuasa.

“Kaya orang pertama kali puasa deh kamu, lemes amat”, Agis ikut melempar tubuhnya ke kasur. “Kamu gak tadarusan Gis?”, tanya Laras datar. Agis diam saja, tapi Laras tahu ia sedang membuat jawaban, tepatnya alasan.

“Ntar aja abis buka puasa sekalian, atau gak abis tarawih. Eh, pertanyaanku tadi belum kamu jawab tau!”. Begitulah Agis. Meskipun dibesarkan oleh orang yang sama, yaitu nenek, tapi mereka tidak memiliki kebiasaan yang sama. Agis masih tak serius dalam beribadah.

“Pertanyaan yang mana?”, kembali Laras meraih laptop yang tadi disleep. Membaca status update walaupun sebenarnya agak malas. Pagi tadi secara tak sengaja ia membaca status seseorang yang sepertinya sedang jatuh cinta, dan itu membuatnya terluka.

Agis merebut laptop itu, dan Laras membiarkan. Laras sungguh tak bersemangat untuk melakukan apapun. Setelah seperti mencari-cari sesuatu Agis mengembalikannya, menunjukkan sesuatu, meminta penjelasan. Rasanya ngeliat mantan punya pacar lagi ternyata lebih nyakit daripada dipututusin ya. Itu postingan terakhir Laras di blog, pagi tadi. Mudah saja dijawab pertanyaan Agis, sekenanya. Tapi ia bukanlah orang yang mudah percaya pada apapun yang belum ada buktinya.

“Ya ampun Gis, kamu kaya baru pertama kali aja liat aku ngarang”, ujar Laras malas. Ia tahu kecuekannya justru membuat Agis semakin tak percaya.

“Laras, liat aku”, diluruskannya wajah Laras ke arah wajahnya. Laras tak sanggup menatap mata Agis, sebab ada kebohongan yang sedang ia sembunyikan. “Tuh kan, kamu gak berani liat mata aku. Jujur ke aku sekarang. Kamu pernah jadian? Kok aku gak tahu?”, nadanya mulai sedikit ketus.

Selama ini Agis memang tak pernah tahu bahwa Laras pernah menerima pernyataan cinta dari seseorang. Setiap kali menanyakan apakah ia punya pacar Laras selalu menjawab tidak, sebab memang ia tak pernah punya, kecuali setahun lalu. Itu adalah pertama kali dalam hidupnya memiliki seorang pacar. Sejak SD, SMP, dan SMA Laras adalah pemegang teguh anti pacaran, efek ikut rohis juga sebenarnya.

Setahun lalu, Laras masih semester 2 ada seseorang yang mengaku telah luluh hatinya, padahal mereka tak pernah mengenal secara personal. Mereka hanya teman satu angkatan yang baru 6 bulan mengikuti perkuliahan di kelas yang sama, setiap hari. Entah bagaimana ia memulai perasaan itu, yang jelas ia menyatakan perasaannya itu pada Laras, lewat kata-kata puitis. Kalimat terakhir yang membuat Laras akhirnya tak tega adalah saat ia bilang: Jika memang kuci itu telah berkarat, tunjukkan di mana letaknya. Akan coba kubuka perlahan. Laras sudah lupa kalimat persisnya, tapi kira-kira seperti itu. Malam itu mereka resmi ‘jadian’. Dan Laras masih ingat kalimatnya saat membalas sms pertamanya malam itu: gimana aku bisa tidur setelah ada kejadian luar biasa ini. Dan IA juga ingat Pria itu mengatakan kalimat yang sama saat mereka putus 2 minggu kemudian, nyaris sama.

Ya. Mereka putus di waktu yang teramat singkat. Laras merasa tak mampu menyeimbangkan perasaan cinta yang ia dapatkan. Ia begitu khawatir akan lebih menyakitinya jika melanjutkan itu dalam keterpaksaan. Satu minggu setelah mereka putus, pria itu menjadi begitu kacau. Ia sempat salah menyebut nama teman yang hampir sama dengan nama Laras, Naras.  Laras ingat ketika itu teman-teman satu kelas menyoraki: ihirr, ciyee, hadoh ada yang deg-degan nih. Sebab mereka menjalani backstreet. Laras yang memintanya. Ini adalah hubungan pacaran pertama dalam hidup Laras, ada perjuangan keras yang harus ia lewati untuk meyakinkan bahwa: Allah gak akan marah kamu pacaran, kamu udah dewasa. Sebenarnya itu kata-kata Agis. Tapi akhirnya Laras berusaha mengiyakan, meski tersendat di jalan.

Dua minggu pasca putus mereka jadian lagi. Dan bodohnya, lagi-lagi karena Laras tak tega melihatnya kacau seperti itu. Dibuat seolah ia begitu  merasa kehilangan. Sebenarnya memang Laras merasa kehilangan, sebab tak ada lagi yang mengiriminya sms sederhana namun penuh makna. Mereka kembali menjalani hubungan pacaran, meski hanya dua minggu karena mereka kembali putus. Untuk kali kedua ini Pria itu yang memutuskan Laras, sebab Laras terlalu lama menggantungkan hubungan mereka. Mereka tak pernah berkirim sms apalagi telpon, tak ada puisi-puisi di facebook apalagi ngobrol di kampus. Jelas karena mereka masih backstreet.

Mereka resmi putus di bulan ketiga sejak pria itu menyatakan cintanya pada Laras. Dan setelah itu mereka saling menjaga jarak, sama sekali. Tapi mereka saling paham bahwa ada semacam ikatan batin yang masih mengikat. Mereka akan saling mengupdate status jika sedang tiba-tiba rindu, Laras tak mengingkari ikatan itu. Sampai kini mereka telah semester 5, ikatan itu masih ada. Mereka masih saling merindukan walau dalam diam.

“Aku salut sama kalian. Setiap hari lahir puisi-puisi penuh makna. Sayang kalian cuma sebentar. Tapi sampe sakarang kalian masih bisa menjalin hubungan baik”, ujar teman Laras suatu ketika saat ia sedang curhat tentang pacarnya.  Memang, inspirasi selalu mengalir deras dalam kurun waktu satu tahun itu. Bahkan puisi-puisi tersebut tengah digarap menjadi sebuah antologi, untuk kenang-kenangan, pikir Laras.

Selama ini Laras seperti bisa membaca bahwa ia masih dicintai. Meski tak jarang mereka crush seperti orang yang masih menjalin hubungan. Banyak hal-hal kecil yang membuat mereka ribut, kemudian perang dingin. Padahal mereka satu organisasi, mereka sering bertemu, setiap hari selain di kelas.

“Aku juga gak tau. Kadang-kadang ngerasa pingin tahu aja kamu ngapain, kemana, sama siapa?”, ujar pria itu suatu malam. Itulah obrolan terakhir mereka sebelum akhirnya “duka” ini terjadi. Malam itu entah bagaimana sekenario yang Tuhan buat, mereka pergi ke sebuah kafe. Pergi berdua. Setelah hampir dua tahun, itulah pertama kalinya mereka secara dewasa pergi berdua ke sebuah kafe, hanya untuk ngobrol. Tapi begitulah mereka. Benar apa yang pria itu bilang, mereka memang menjalani hubungan yang aneh.

Malam itu mereka ngobrol panjang lebar, membicarakan berbagai hal kecil, hal tak penting untuk mereka yang berstatus mantan. Obrolan mereka mengalir ringan. Dan ini adalah satu dari beberapa hal yang disukai Laras dari mantannya itu. Ia begitu baik dalam beretorika, sambil mengaduk-aduk kopi Laras mendengarkan ceritanya, tentang dirinya, keluarganya, dan sedikit tantang masa lalu mereka.

“Kita tuh punya semacam siklus tau”, katanya. “Kangen-Ngobrol/sms/komen fesbuk/-konflik-dieman-trus kangen lagi”. Mereka tertawa lepas. “Haha. Iya bener banget. Dan aku yakin, abis ini pasti kita ribut lagi”, tambah Laras. “Makanya kita jangan terlalu banyak ngobrol”, pria itu menyeruput kopinya. Gak kebayang deh, bakal selama apa kita ribut sebagai efek dari lamanya kita ngobrol malam ini, batin Laras malam itu.

Dan hal itu sungguh terjadi! Ini tepat sebulan sejak kmereka ngobrol di kafe malam itu. Memang sih, selalu ada masalah-masalah yang hadir sebagai perantara crush mereka. Kemarin mereka sempat ribut gara-gara masalah organisasi. Hal sepele sebenarnya. Laras tahu, saat emosional mantan kekasihnya memang tak bisa mengendalikan diri. Itulah yang menjadi salah satu alasan mengapa sampai saat ini ia masih tak menggubris perasaannya. Laras begitu marah dengan sms itu, begitu juga yang lain. Dan Laras merasa ini adalah tindakannya yang sudah keterlaluan, sampai membuat teman-teman yang lain merasa tak terima. Jika sms itu hanya ia kirimkan pada Laras, mungkin ia telah melupakannya sekarang. Tapi sepertinya tidak.

Dua minggu terakhir Laras selalu tak sengaja melihatnya mengirim sebuah wall ke seseorang, berisi kata-kata puitis. Awalnya ia mengabaikan, tapi itu selalu dilakukan, bahkan mantannya itu tidak mengupdate status, hanya mengirim wall. Dari sana Laras tahu bahwa mereka sedang tak bisa sms-an.

Sejak mereka putus Laras memang tak jarang berdoa untuknya, semoga Tuhan menghadirkan seseorang yang lain, yang lebih lembut, yang lebih bisa mengendalikannya saat emosi. Dan sepertinya Tuhan mengabulkan doa Laras.

“Kamu sedih?”, Agis meledek, dari nada suaranya.
“Kelihatannya?”, Laras masih datar.
“Kamu sedih bahagia”, direnggutnya kepala Laras dalam pelukannya. “Kalau emang kamu tulus waktu berdoa minta dia menemukan pelabuhan cintanya yang lain, aku yakin, kesedihan kamu ini cuma efek, dan ini gak akan lama”, dieratkan pelukannya pada Laras.

“Kamu pernah diputusin?”, tanya Laras balik.
“Pernah”
“Ah, cowoknya gak gentle. Gimanapun juga, cewek harus mutusin cowok, gak etis kalo sebaliknya”.
Hening.
“Rasanya gimana?”, tanya Laras tiba-tiba.
“Kayanya emang gak lebih nyakit dari ketika liat mantan yang sayang banget sama kita, menemukan tambatan hatinya yang baru”. Mereka tertawa lepas.

Mulai sekarang Laras harus terbiasa untuk benar-benar tak dirindukan siapapun. Itupun saat ia telah yakin bahwa ikatan batin antara mereka ikut lenyap bersama lahirnya cinta baru dalam hidup pria yang pernah begitu mencintainya. Laras masih belum tahu apakah ia telah sungguh dilupakan atau hanya sekedar melarikan rindu yang tak bisa disampaikan karena mereka sedang dalam perang dingin.

Semoga ia benar-benar telah menemukan cintanya. Dan hal yang sangat Laras harapkan adalah, jika nanti pria itu sungguh melupakan semuanya, ia akan datang pada Laras dengan senyum penuh kebahagiaan, mengenalkan pada Laras seseorang yang telah mampu mengisi posisi di langit-langit kamarnya.

“Itulah puncak kebahagiaanku, ngelihat dia bahagia karena menemukan cintanya. Aku pingin kami bisa menjalin hubungan baik”. Ujar Laras lirih.

Suatu saat nanti, saat seseorang pun telah menemukannya, Laras akan menunjukkan padanya. Ia ingin mereka saling berbahagia dengan apa yang mereka miliki. Laras tak ingin hubungan ini selesai, justru ia berharap hubungan itu baru akan dimulai. Sebenar hubungan saling menyayangi dan saling mendoakan.

“Apa hal yang paling kamu suka dari dia dan masih kamu inget?”
“Aku paling suka kalo dia cerita. Suatu saat nanti aku pingin denger dia cerita lagi”, Laras tersenyum.
“Yakin? Trus kalo Mas Arsiteknya marah gimana?”
Hehe. Sejenak Laras melupakan dukanya. Sebentar mengingat masa depannya. Ia sangat ingin mengenal seorang yang ahli desain, seorang arsitek.
“Aku pernah bilang ke dia. Suatu saat nanti kalo kami udah gak sama-sama, dia bakal gampang dapet seseorang yang lain, kalo dia mau...”
“Kenapa?”
“Dia itu romantis...”
Agis menunggu kalimat selanjutnya,
“Dan setia”
Laras menutup wajahnya dengan bantal.
“Iya sih, buktinya pasca kalian putus kamu udah berapa kali coba fall in love sama yang lain, dia masih bertahan sama perasaannya ke kamu".
"Sayangnya dia galak!” sergah Agis.
"Selain itu, dia juga suka lebay. Terkadang juga childish, paling males kalo udah gitu", kenang Laras kemudian.

Laras membuka bantal dan tersenyum, seolah mengatakan: semoga kita cepet menemukan pelabuhan hati kita. Kalaupun kita jodoh, aku harap kita ditemukan sebagai pribadi baru yang bisa lebih saling memahami, bukan menyakiti. Ia juga tak pernah tahu kapan akan menghubungi atau sekedar menegur, sebab biasanya ialah yang dihubungi lebih dulu jika mereka sedang ribut. Laras sangat menyesalkan perang dingin ini, seperti sebuah dinding yang menumbuhkan jeruji peghalang di antara mereka berdua. 

Biarlah aku mengucapkan selamat dalam doa, semoga kamu pun ga berhenti berdoa. Kini seperigi doamu telah menemukan pemiliknya. 

~~~

kosong

Hal pertama yang harus kita lakukan adalah melihat apakah setelah ini ikatan batin kita ikut lenyap atau enggak. kalau yang ini udah lenyap juga, berarti memang episode ini udah kelar. ganti judul baru. let we see =)

*ohya, udah lama banget ga liat kamu secerah ini. seneng liatnya, walaupun sedih juga =D

Analogi Dosa

Manusia adalah tempatnya salah, tempatnya berbuat dosa. Bahkan kalo tega bisa deh istilah "buanglah sampah pada tempatnya" diganti jadi "buanglah dosa pada manusia".
Khilaf. Mungkin itu alasan yang paling populer dikalangan para pendosa. Memang, ga sedikit yang melakukan kesalahan karena ketaksadaran. Bahkan seorang pencuri, sekalipun dia sadar perbuatannya kesalahan, dia melakukannya dengan keterpaksaan yang sudah terbiasakan. Dalam hati manusia ada 3 jiwa yang saling mempengaruhi: ego, superego, dan id. Jika sebuah keslaahan berbobot dosa telah terjadi, maka itulah hasil dari ego.

Ketika kesalahan telah diselesaikan, maka penyesalan menggantikannya. Dengan catatan, penyesalan ini hanya akan hinggap di hati orang-orang yang memang tidak terbiasa, atau katakanlah masih meemgang teguh nilai-nilai kebenaran meskipun terkadang khilaf melanggarnya. Dan penyesalan, meskipun terkadang dianggap tameng dari sebuah kesalahan, sebenarnya ia adalah efek baik. Dari penyesalan inilah nantinya akan muncul semangat perbaikan diri.

Semangat perbaikan diri bisa dilakukan dengan pengakuan dosa. Tapi masalah pun belum selesai sampai di sini. Mungkin diri dan lingkungan telah memaafkan, tapi, jika bertemu beebrapa sosok yang keras, secara tak sadar akan ada slogan yang muncul: MEMAAFKAN BUKAN BERARTI MELUPAKAN.

Berbuat dosa ibarat menggali tanah. Meskipun telah diuruk lagi, akan ada bekas-bekas yang tak bisa berdusta. Begitu juga sebuah kesalahan, akan tetap ada bekas dalam ingatan. Mungkin itulah mengapa Om Ebiet G Ade dalam "Kalian Dengarlah keluhanku" bilang: Apakah bila terlanjur salah/ akan tetap dianggap salah/ tak ada waktu lagi benahi diri/ tak ada tempat lagi untuk kembali//
Tapi percayalah, Allah Maha Pengampun. Tetap bersemangat dalaa kebaikan (fastabiqul khoirot). Jangan jadi pribadi yang hobi mengulangi kesalahan.

*referensi : kajian ahad dhuha di Masjid Kampus Undip

doa kesanggupan

sekarang aku semakin yakin. 
seseorang ga pernah benar-benar sanggup.
tapi Allah, kalo boleh, permintaan terakhir. datangkan mereka kehadapanku. datangkan dengan semangat silaturahim. gerakkan mereka untuk jujur ke aku. aku yakin mereka lebih kuat dari aku. kalopun nantinya aku bersedih, allah, percayalah. itu puncak dari kebahagiaanku. itu artinya bebanku usai. karena memang aku udah lama berdoa, mengharapkan hal ini. kumohon ya allah. kalo memang nanti itu bakal kejadian, aku mau menjalin hubungan baik dengan mereka.
allah, biarkan kunikmati kekuatan yang kubanggakan sampai sekarang, allah. aku kuat. aku bisa. engkau menguatkanku. akan ada episode baru. amin

Anekdot Mumi Indonesia

Berada di negara yang penuh dengan segala ketakmungkinan yang begitu mudah menjadi mungkin memang sebuah takdir rasanya. Rasa bangga tak terkalahkan dengan malu yang bergantian hadir. Lihatlah kebobrokan negeri ini, dari pemerintah hingga rakyat kecil semuanya telah terinfeksi. Tak perlu disebutkan secara rinci, khawatir ada bangsa lain yang menemukan tulisan ini bisa-bisa wiki**** pasang headline lagi.

Oke, ada satu dari sekian kebobrokan yang sebenarnya lebih ke arah anekdot, akan dibahasa di sini. Simak ya...

Suatu ketika, Seorang buronan kepolisian melarikan diri. Sampai ke luar negeri ia terus dicari sekuat energi oleh para aparat yang entah apa motifnya. Akhirnya sang buronan menghilang, tak ada kabar, tak ada jejaknya sama sekali. Dan perlahan iapun dilupakan, dianggap telah lenyap dari dunia ini.

Di saat yang lain, bertahun-tahun setelah itu, setelah semua orang melupakan sang buronan yang hilang, muncullah kejadian baru. Dari negara Piramid, secara internasional disiarkan berita bahwa ada sebuah Mumi yang ditemukan tanpa identitas. Seorang petugas yang sedang bersih-bersih mendapati Mumi tersebut di salah satu peti yang dekat dengan Mumi para raja Mesir. Demi untuk memastikan apakah ia dari keluarga Raja atau bukan, disepakatilah untuk membuka bungkusan Mumi tersebut untuk melihat wajahnya. Sayang, meski tubuhnya masih awet oleh formalin, wajahnya tak lagi bisa dikenali, absurd.

Kasusu ini pun bergulir ke ranah internasional. Seluruh ilmuan dikumpulkan untuk menyelesaikan masalah genting ini. Dalam sebuah forum internasional yang dihadiri oleh berbagai ilmuan dunia diadakan sebuah diskusi. berbagai teori mereka gunakan, tetap saja tak ada yang bisa memecahkan misteri tersebut. Tiba-tiba seorang ilmuan dari Indonesia memecah keheningan.

"Saya tahu bagaimana cara mengetahui siapa dia", ujarnya sambil menunjuk Mumi yang kaku, digelar di atas meja, di tengah forum mereka.
"Serius lo?", pikir seorang ilmuan dari Malaysia.
Karena sudah tak tahu lagi harus berbuat apa, Mumi tersebut akhirnya diterbangkan ke Indonesia dengan sebuah pesawat militer. Seluruh Ilmuan yang penasaran ikut berangkat ke Indonesia. Mereka ingin tahu bagaimana kecerdasan bangsa ini.

Sesampainya di Indonesia, mereka sempat kaget karena tidak dibawa ke sebuah laboratorium melainkan markas besar. Dalam kebingungan yang tertahan, mereka menurut saja saat ilmuan Indonesia meminta mereka untuk menunggu di ruang tunggu.
"Saya akan selesaikan ini segera, kalian tunggu saja di sini". Mayat tersebut dibawa masuk ke sebuah ruangan bersama para petugas semacam pamong praja. Dan keadaan kembali hening, sesekali tawa kecil memnuhi ruan tunggu. Sementara dari dalam "laboratorium" justru terdengar teriakan kecil.

Lima belas menit berlalu. Ilmuan dari Indonesia memasuki ruang tunggu, menemui para ilmuan dunia lainnya. "Akhirnya selesai juga, kita sudah bisa mengetahui siapa Mumi tersebut saudara-saudara".
"Oya? Siapa dia?", seorang ilmuan Amerika antusias seklaigus tak percaya.
"Dia buronan yang kami cari bertahun-tahun yang lalu. Ternyata dia kabur ke Mesir", papar seorang petugas dengan tegasnya.
"Bagaimana cara anda mengetahui hal tersebut?"
"Gampang saja, tadi kami paksa ia mengaku. Sebab kami siap menyiksa dengan stroom jika ia tak mau mengaku"
?>)*$%^&
-selesai-

Itulah yang tak jarang terjadi di negara ini. Interogasi tak bisa dibedakan dengan Intimidasi. Bahkan seringnya saksi justru menjadi tersangka. Hukum sudah tak punya wajah. Kebenaran adalah kekalahan yang menyiksa. sedangkan Kekuasaan menjadi kemenangan yang bisa direkayasa. hati-hatilah dengan hukum di negara ini.

*referensi: kuliah sastra Dunia di FIB Undip

Senin, 22 Agustus 2011

"Pak Supar Siapa ya, Bu?"

Siang telah menemukan garangnya. Di depan sebuah rumah berukuran besar dengan pohon mangga yang baru dipangkas, beberapa motor sliweran. Ada juga pejalan kaki yang sibuk dengan arahnya masing-masing. Seorang ibu dengan menggendong Batitanya tengah membicarakan seseorang yang sedang lewat di depan rumahnya.
"Kemarin Mama naro botol kosong di samping situ", ujarnya sambil menunjukkan lokasinya pada anak perempuannya yang juga sedang berdiri di depan pintu, memperhatikan seseorang yang sepertinya menyadari sedang dibicarakan. "Eh, tiba-tiba diambil sama orang itu". Orang tersebut menghentikan langkahnya dan berbalik. Ia memasuki halaman yang gerbangnya dibuka sedikit tersebut. Tangan kanannya memegang karung yang dipanggul di bahunya, tangan kirinya memegang kayu.
"Ada apa ya?", sosok lelaki tua itu telah membuat anak perempuan si ibu deg-degan. "Ini rumah siapa ya?", tanya pria itu lagi. langkahnya kini telah berhenti, ia berdiri menunggu jawaban.
"Kan tadi udah tanya", jawab si ibu santai.
"Ohya? Ini rumah siapa ya, Bu?"
"Ini rumah Pak Supar",
"Pak Supar mana ya Bu?"
"Bapak cari rumah siapa?"
"Cari rumah Pak Tukiran tadi"
"Rumahnya di sana, bukan di sini"
Lelaki tua tersebut mengangguk. Kemudian ia pergi begitu saja.
Anak perempuan si ibu memperhatikan lelaki asing tersebut sampai ia benar-benar pergi. Setelah cukup jauh, ia menatap ibunya, seolah menuntut jawaban Dia orang gila kan Bu?
"Kemarin ibu udah bilang jangan diambil. Eh, dia malah ngangguk sambil bilang: Ia gak papa. Trus botol-botolnya dibawa".
Si ibu memberikan sedikit informasi bahwa lelaki tersebut adalah adik dari seorang warga yang berkecukupan hidupnya. Ada yang bilang lelaki tersebut stres gara-gara tidak mendapat warisan dari keluarganya. Sampai saat ini ia masih membujang.
"Oo..."

Minggu, 07 Agustus 2011

Talkshow (dan) Edisi Orang Gila

Gak papa kan kalo aku bilang juga di sini, bahwa aku orangnya mood-mood-an? Ya aku ga ngerti lah, pembawaan orang kan beda-beda. Jadi aku tuh orang yang gampang berubah sikapnya ke orang lain, tergantung mood lah pokoknya. Sama siapapun, bahkan sama temen yang udah nganggep aku temen deket pun sering kena. Sebut merk ya, Umi. Dia temen kuliahku yang paling deket sering jadi korban. Trus ibu kosku, temen organisasi, kenalan. Kaya hari ini. aku ketemu – untuk kesekian kalinya – sama seorang cewe yang katakanlah artis deh, tapi baru jadi mahasiswa tahun 2011 ini, di Undip. Orangnya asik sih, cuma beberapa hal yang bikin aku gak nyaman kalo udah ngobrol atau sekedar ketemu: selera warna (fashion) nya ‘enggak’ banget. Dan aku sellau risih sama orang-orang yang ga bisa memadu-madankan warna pakaiannya. Gatau deh, mungkin kamu keduluan lulus “sekolah” populer daripada “sekolah” kerapihan. 
Dan parahnya, hari ini, dia jadi MC di acara talkshow “Dengan Jilbab Makin Cantik Hariku” yang pembicaranya Astrie Ivo. 
Esumpa ya, perempuan yang awalnya kupikir masih 27 ternyata udah 47, putranya udah 3. Tau ga dia siapa? Oke lupakan. Aku juga tadinya gatau, dan akhirnya tau kalo Bunda satu ini modelnya Rabbani. Muda banget, cantik, dan supel. dULUNYA BELIAU ADALAH ARTIS TAHUN 90-AN, NGAKUNYA SIH PERNAH MAIN FILM DENGAN rANO KARNO. Asik deh ngedengerin Bunda cerita seputaran jilbab. Ohya, aku share duliu nih beberapa hal yang kudapet dari talkshow hari ini di Masjid Kampus Undip


- Kulit wanita terdiri atas lapisan melamin yang jauh lebih tipis dibanding laki-laki. 
- Wanita membutuhkan sinar matahari untuk pembentukan vitamin D. Dan tahukah kamu? Bagian tubuh yang hanya boleh terkena sinar matahari adalah WAJAH dan TELAPAK TANGAN, oke subhanallah.
- Di Australia Utara, ada sebuah penyakit kanker akut yang katanya cuma bisa diobatin pake Jilbab? Unbelivable sih emang, tapi kata Bunda gitu.
- Ohya, setelah awalnya kupikir Bunda ini orang Jakarte, ternyata salah. Bunda adalah orang Aceh, “Saya bawa rencong lho di tas!”, katanya di awal talkshow. 
Ngedengerin Bunda cerita emang seru, sayang waktunya terbatas. Tadi banyak banget doorprize dan aku sempet ngarep dapet paket Wardah gitu. Eeh, entah kenapa tuh doorprize yang udah dipajang di depan di tarik lagi. Tau ga buat apa? Hiks buat pembicara sama moderator ezzz.
Belom kelar acara aku keluar duluan, masih BT aja ngedengerin anak itu ngeMC, astaghfirullah. Aku ke luar, ke standnya wardah. Tanya ini-itu, “mbak yang ini ya”, kusodorin tuh barang sambil tanganku ngerogoh tas. Ebuset, lupa bawa dompet. Untung aja itu bazar, jadi mbaknya gak begitu konsen ke aku. Langsung aja ngacir nyalain motor. 
Di jalan (masih di depan Maskam) ada hal menarik yang terpaksa bikin aku puter balik di jalur dua itu. Sekilas emang gaada yang istimewa. Di sana, di deket jembatan yang ada tulisan RASEL, emang tempat biasa nongrong seorang gila, rambutnya awut-awutan. Eh tapi hari ini dia gak sendiri. Ada seorang ibu-ibu yang dari belakang keliatan ngegendong baby. But acctually, itu BABY DOLL, bukan BABY REAL. You know what? 
Ya! Orang gilanya nambah, eh dia pake ketawa, ngomong sendiri sambil berdiri di pinggir jalan. Awalnya aku sempet ngira tuh orang pura-pura gila, ekspresinya ga mateng, kaya orang sehat. Tapi ya wallahualam, yang jelas aku langsung touch on tuh SAMSUNG ES75, walaupun cuma 14,3 pixel aku sayang banget sama kamera ini.
Pertama karena aku beli pake uang sendiri (uang beasiswa, ciyee), kedua kalo di zoom sama sekali gak pecah aku bisa zoom sampe 5x. Oke cukup promosinya. Motor kupakir di depan foto kopian yang kebetulan tutupkarena ini hari minggu. Mas-mas ada yang ngeliatin gitu sih, tapi bodo, aku nekat aja nyebrang dan langsung cklak cklik. Beberapa panitia acara talkshow sliweran, ada yag sempet senyum juga ngeliatin aku bawa-bawa kamera, kubales senyum deh! 
Pernah ngebidik orang guila dalam jarak +/- 5M aja? Esumpa DEGDEGAN nya masih berasa pas aku ngetik ini di kosan. Ampe gemeteran nih tangan. Engga tau kenapa, ga kebayang aja kalo tiba-tiba mereka ngejer dan bilang, “Heh! Sembarangan ya ngambil gambar gue, dapet royalti gak nih?”
Phuh. Selain suka di foto, aku emang suka memfoto. Suatu hari nanti insyaallah aku punya SLR, amin. Ehiya lupa, aku udah gak sebel sama anak tadi. Namanya Mutiara, dia nyapa aku pas kebetulan lewat waktu aku mo ngambil gambar, “Mba Destaaaa”, katanya sambil lewat pake motor, senyum, ceria. Aku melambaikan tangan sambil senyum, “heyy”. Maaf ya Mut, mungkin aku orang paling aneh yang pernah kamu temuin. sumpah aku juga ga ngerti kenapa punya sifat keg gini.
hari ini, di tempat nongkrongnya

Suatu saat aku berharap semoga penyakit satu ini ilang, gimana juga gaenak disipe’in orang tanpa alasan kan? 
oya, ada sato orang gila yang pada waktu lain kuliat dia asik ngeliatin acara drum band keliling pas awal Ramadhan 1 agustus 2011 kemaren.


beberapa waktu lalu kuliat orang ini asyik ngeliatin aksi drumband keliling di depan gerbang undip


Kamis, 04 Agustus 2011

Gara-gara Gera(ha)m Bag. 2

Ini lanjutan kisah tragedi cabut gigiku 2 hari yang lalu. Tau ga? Rasanya gusi dan dinding dalam pipi kananku bengkak. Dan yang paling parah, sudut kanan bibirku luka, sekilas kaya semacam sariawan.
Jujur, aku jadi inget sama apa yang kulakuin beberapa hari menjelang ramadhan. Jadi ceritanya aku nulis beberapa hal yang mau aku lakuin di bulan puasa, salah satunya adalah NO GHIBAH. Itu aku tulis di papan agenda gitu. Entah Allah ngabulin doaku atau gimana, yang jelas setelah tragedi cabut gigi itu, sekarang aku kalo ngomong Cuma bisa buka mulut kira-kira SAU CENTI aja, sakit banget rasanya kalo lebih dari itu, alhasil ketawa pun aku harus mingkem.
Semalem nyerinya berasa banget, aku sampe ga witir dan tadarus. Jam 8 lebih dikit langsung matiin lampu dan narik selimut. Ehh, ujug-ujug Kak Sandi sms katanya dia udah di depan kosku. Tau ngapain? Nganterin kertas origaami yang sorenya jatuh karena aku minta tolong dia untuk bawain dari kampus. Padahal sorenya udah kubilang, “Kak ngga usah di cari ya, biarin aja”. Tapi aku tahu poasti dia balik lagi. Setelah aku turun ke teras buat ambil origaminya, Kak Sandi pamit dan aku balik ke kasur. Tiba-tiba kepikiran aja untuk nitip beliin betadine kalo Ka Sandi lewat apotik. Iya, katanya ngebales smsku.
Entah aku yang o’on atau gimana, setelah sms minta tolong itu aku mikir, kan lukaku ada di sudut bibir nih, kalo  ntar betadinenya ketelen gimana ya? Akhirnya aku nelpon ayahku, dulu aku pernah liat beliau minum betadine! “Iya gak papa kok betadinenya diminum, tapi harus dilarutin dalem air”, katanya via telpon. Oke, aku agak lebih tenang. Setidaknya aku ga akan mikir yang enggak-enggak pas nanti betadinenya ketelen.
Lima belas menit kemudian Ka Sandi sms katanya udah di depan kosan. Dan betapa terharunya aku pas liat betadine yang dibeliin adalah yang salep bukan betadine cair. DONG DONG DONG DONG, emang orang kalo lagi gak waras (sakit) susah mikir jernih. Hehe.

Gara-gara Gera(ha)m Bag. 1



Well, harusnya ini aku posting 2 hari yang lalu pas tarawih malam kedua. Malam itu kejadian banget aku ga tarawih di masjid. Kepikirannya sih dari 15 menit sebelum buka puasa –pertama- ramadhan kali ini. Tiba-tiba aja geraham kananku (eh, geraham tuh cuma ada di bawah atau di atas juga ada ya?) ngilu. Pas ngaca, baru nyadar, ternyata putih-putih di bawah geraham adalah gigi tumbuh –yang kubiarin selama bertahun-tehun. Tau? Seingetku terakhir kali cabut gigi adalah SMP. Beneran ya selama SMA aku ga pernah cabut gigi?
Cerita dikit, jadi dulu SMP-ku itu deket banget sama puskesmas, jadilah kalo cabut gigi aku selalu berangkat sendiri. Terakhir dianter Ibu tuh kelas 6SD- karena emang harus naik angkot dulu- setelahnya aku berani sendirian –karena emang jaraknya deket. Inget banget deh, dulu (SMP) aku bisa dibilang rutin ke puskesmas untuk masalah gigi – sampe dokternya hapal. Bukan perawatan, tapi cabut gigi karena gigiku pada bolong-bolong. Jujur aku rajin sikat gigi (sebelum tidur) itu pas kuliah, itupun karena temenku anak Fakultas Kesehatan Masyarakat (iya emang parah banget). Itu sih cerita pendek tentang asal-usul freaknya gigiku di masa ini, karena kesalahan di masa lalu.
Balik lagi. Jadi jam 7 malam aku berangkat ke klinik terdekat –setelah sebelumnya mikir cukup lama: ada ga ya klinik gigi yang buka jam segini?- hello, ini bulan ramadhan, kalo Islam pasti dokternya tarawih, ya walaupun bisa juga sih tarawih di rumah. Tapi terserah deh, yang jelas aku bersyukur pas nyampe di klinik ketemu dokternya.
Sebenernya PINGIN banget nyeritain gimana 90 menit mendebarkan sepanjang sejarah acara cabut gigiku, tapi sumpah ga sanggup. Yang jelas ini adalah acara cabut gigi ‘tersadis’ yang pernah kualami –setelah beberapa tahun ga cabut gigi. Yang paling aku inget adalah, dokternya menggunakan seluruh kekuatan untuk nyabut gerahamku –yang katanya masih gigi susu. SAKIT BANGET! Walaupun udah dibius. Ga ngerti deg tuh gigi maunya apa, atasnya udah sompel sana-sini tapi akarnya masih kuat. Ampe berdarah-darah mulutku (ini serius). Sebenernya sebelum nyabut yang sompel itu, dokternya udah nyabut gigi geraham lain, tapi bedanya yang pertama udah goyang jadi ga ampe 5 menit udah lepas. So, sisanya – sejaman lebih digunain cuma untuk berusaha ngelepas gigi kedua. Dan akhirnya ga lepas juga, minggu depan aku disuruh balik lagi. Entah itu trik atau apa, tapi agaknya emang gigiku keras banget.
Ga ngerti kenapa aku dilahirkan dengan satu masalah yaitu gigi. Alhamdulillah aku ga dikasih semacam penyakit berat sama Allah, tapi gigiku ini bakal jadi sumber masalah kalo udah waktunya cari masalah. Misalnya waktu udara dibawah 18 derajat celcius.
Huh. Aku ngetik ini pas pulang dari klinik. Biusnya masih ada, tapi nyerinya udah mulai kerasa nih. Pendarahannya pun agaknya masih jalan. Malah kata dokternya besok pagi baru kelar ebusett. Yaudalah, aku mau tarawih dulu. “Sukses ya, semoga puasanya lancar”, kata dokternya setelah aku bayar. Amin.   
firasatku kejadian. ini tepat hari kedua setelah tragedi cabut gigi itu. sudut kanan bibirku lecet. kalo yang gatau pasti ngiranya aku sariawan. aku lanjut ke posting selanjutnya aja yaa...