Laman

Kamis, 26 Maret 2015

Menziarahi Chairil Anwar dan Sitor Situmorang

Asean Literary Festival kembali digelar pada Maret 2015. Berlokasi di Taman Ismail Marzuki, serangkaian acara dikemas apik oleh penyelenggara. Salah satu yang menarik adalah talk show bersama Joko Pinurbo (Jokpin), Hasan Aspahani dan Damhari Muhammad. Perbincangan yang berdurasi kurang lebih dua jam tersebut banyak memberikan informasi segar mengenai dua penyair yang telah wafat yaitu Chairil Anwar (CA) dan Sitor Situmorang (SS) kepada para peserta.

Hasan Aspahani bercerita bahwa Chairil dan Sitor merupakan dua pemuda yang sama-sama berasal dari Medan, tetapi wafat pada tempat yang berbeda. CA meninggal dan dimakamkan di Jakarta pada usianya yang belum genap 30 tahun. Sedangkan SS tutup usia di Eropa, tetapi dimakamkan di tanah kelahirannya. 

Dulu, saat Jepang datang ke Indonesia, seluruh pelajar dari Sumatera yang ada di Jakarta dipulangkan dengan 2 kapal laut. Kala itu Sitor ikut dalam rombongan yang pulang ke kampungnya, sementara Chairil bertahan di Jakarta. Dampak dari pilihan tersebut adalah kehidupan miskin dan serba terbatas yang harus dijalani Chairil. Bukan lagi rahasia bahwa Chairil pernah sampai mencuri jaket, sepeda, dan benda lain demi bertahan hidup.  Padahal, ayah Chairil termasuk orang kaya karena menjabat sebagai seorang kontroler. Sebuah kedudukan tertinggi yang bisa dicapai pribumi pada masa itu.


Bicara soal kepenyairan CA, menurut Jokpin, kisah hidup CA adalah sebuah puisi besar yang tidak kalah dengan puisi-puisi yang CA tulis sendiri. Meskipun puisi-puisi itu terkesan individualis bahkan melankolis karena hanya seputar kisah cinta yang gagal, tetapi caranya berkarya justru revolusioner. Diksi yang digunakan CA dalam berpuisi sungguh kontradiktif. Dia seolah tampak maskulin dalam puisi, padahal tak pernah sekalipun bisa menaklukan hati wanita. Tidak ada cinta yang berbunga-bunga dalam sajak yang ditulis CA. Semuanya adalah sajak-sajak cinta yang gagal. Sebatas ilusi karena CA lebih banyak "kalah".

Dalam kepenyairan, puisi-puisi CA memang lebih dulu muncul ketimbang puisi SS. Hanya saja, ketika muncul Chairil langsung melakukan lompatan ke Angkatan '45. Di sisi lain, Sitor mundur ke Pudjangga Baru. Chairil baru kembali ke Pudjangga Baru saat menjelang akhir hayatnya. 

Dalam perbincangan tersebut, memang yang lebih banyak dibicarakan adalah Chairil. Ada beberapa nama perempuan yang namanya abadi dalam sajak-sajak Chairil. Sebut saja Ida yang merupakan perempuan pertama bagi Chairil. Dia seorang mahasiswa UI. Selain itu ada pula Sri Ayati dan Hapsah mantan istrinya. Saat membahas perihal para perempuan yang ada dalam sajak-sajak Chairil, Hasan Aspahani menyampaikan bahwasanya penyair memang kalah saing dengan dokter. Sri Ayati, seorang mahasisiwi sastra yang aktif sebagai pemain teater itu. Meskipun beberapa penyair mengejar-ngejar dirinya, pada akhirnya dia memilih menikah dengan dokter. 

Chairil dan Sitor sebetulnya sama-sama memiliki kerinduan. Jika Sitor berhasil menuntaskan kerinduannya untuk pulang dari Eropa dan dimakamkan di kampung halaman. Chairil justru masih menanggung tiga kerinduan yang tak pernah tuntas hingga ajalnya tiba. Pertama, saat sedang sakit, ia punya keinginan untuk kembali rujuk dengan Hapsah. Kedua, ia ingin sekali makan durian ketan buatannya. Dan ketiga, Chairil sangat ingin melihat bukunya diterbitkan. Sebab seumur hidupnya, Chairil hanya menulis sajak tanpa pernah menerbitkannya.

Obrolan siang itu juga membuka sebuah rahasia umum mengenai Chairil yang punya sebuah kegemaran yaitu mencuri buku-buku di perpustakaan. Jokpin menimpali bahwa tindakan CA mencuri buku bukanlah masalah. Hal yang seharusnya kita catat adalah ada pencurian yang jauh lebih penting dari buku itu sendiri, yaitu CA telah mencuri ilmu dan teknik menulis puisi hingga karyanya bisa abadi sampai sekarang.

Sebelum mengakhiri pembicaraan seru itu, Jokpin sempat menceritakan sebuah tragisme Chairil. Suatu hari CA meminta untuk dilukis oleh Sujoyono. Atas keinginan itu, CA diminta agar mencari cat sendiri. CA pun menyanggupi. Sayangnya, CA tidak pernah kembali. Ia terpaksa ditangkap PolisiJepang karena kedapatan mencuri cat.

Selasa, 03 Maret 2015

Peminatan, Skripsi dan Karier


Apakah kamu seorang mahasiswa yang sedang galau memasuki semester penentuan peminatan dalam jurusan? Jika ya, tenang saja. Galau bisa jadi pertanda baik asalkan disikapi dengan baik pula. Jadi, saat sedang merasa galau atas apapun, jangan berfokus pada rasa galaunya, tetapi pada solusi. Ibarat jembatan, galau harus dilalui agar bisa sampai ke seberang.
Umumnya peminatan terjadi pada semester 5-6. Bila banyak mahasiswa merasa galau di semester itu, wajar. Sebab peminatan yang dipilih itu akan sangat berpengaruh pada proses penggarapan skripsi. Tapi benarkah juga akan berdampak pada masa depan karier? Belum tentu.
Sebetulnya menentukan peminatan tak serumit yang dirasakan. Misalnya kamu mahasiswa jurusan Sastra Indonesia Universitas Diponegoro. Di jurusan itu memang ada banyak mata kuliah yang diberikan di semester-semester awal. Tapi memasuki semester menengah ke atas, pihak jurusan akan menawarkan tiga peminatan sebagai fokus studi mahasiswanya. Tiga peminatan itu adalah Sastra Indonesia, Linguistik, dan Filologi. Apapun pilihannya, satu hal yang perlu digarisbawahi yaitu ketiganya sama-sama baik dengan spesifikasi masing-masing. Tugas kita hanyalah memilih satu yang terbaik untuk diri sendiri.
Langkah terpenting sebelum menentukan pilihan adalah introspeksi. Pertama introspeksi nilai, kedua introspeksi minat atau passion.
a.       Introspeksi nilai merupakan cara sederhana untuk mengetahui peminatan terbaik bagi diri kita. Ada yang bilang bahwa akumulasi dan dominasi nilai dari suatu mata kuliah bisa jadi tolok ukur minat seseorang. Itu ada benarnya. Tapi bagaimana bila nilai yang selama ini dikumpulkan dalam transkrip bukan hasil kerja pribadi.

Nah, maksud dari introspeksi nilai adalah mengingat baik-baik mengenai perolehan nilai yang terangkum dalam transkrip. Apakah semua nilai itu merupakan hasil dari pengerjaan tugas dan ujian by yourself, atau ada campur tangan orang lain.  Sebab bila ada campur tangan orang lain, akumulasi nilai itu akan tidak akurat hasilnya sebagai patokan dalam menentukan kecenderungan minat seorang mahasiswa. Ini betul-betul penilaian pribadi.

b.      Introspeksi minat/passion adalah upaya kilas balik soal lebih ke arah mana kecenderungan minat seorang mahasiswa. Coba ingat dan rasakan baik-baik, selama ini lebih banyak semangat kuliah di kelas apa dan saat mengerjakan tugas mata kuliah apa. Biasanya, rasa suka dan semangat itu akan tercermin dalam perolehan nilai-nilai dalm transkrip. Tapi tetap tak menutup kemungkinan bila kamu keukeuh mau ambil peminatan yang justru selama ini kamu ogah-ogahan kuliahnya. Asal punya tekad, kadang takdir pun menyerah pada kegigihan seseorang.

Jangan terkecoh dengan teman-teman yang kamu anggap tidak serius dalam kelas, tapi selalu bisa dapat nilai bagus. Seringkali kita hanya mampu menilai apa yang tampak, bukan apa yang terselubung. Saat ini tugasmu hanya fokus introspeksi diri agar ke depan proses penggarapan skripsi bisa lancar. Sebab, selain harus menguasai materi kajian, hal terberat yang kerap dialami mahasiswa tingkat akhir adalah kerasanya perjuangan melawan putus asa selama penggarapan skripsi.

Beberapa hal yang perlu diantisipasi soal skripsi antara lain:
  • Sikap dosen pembimbing yang berubah drastis dengan saat mengajar di kelas, jadi super sensitif. 
  • Sikap staf di Kantor Jurusan yang juga jadi menyebalkan. Entah karena lelah menghadapi mahasiswa yang mondar-mandir atau memang kita yang berubah menyebalkan. 
  •  Sulitnya menemui dosen pembimbing karena sibuk di luar kampus
  • Rasa putus asa karena harus bolak-balik revisi 
     Dan kejengahan menghadapi pertanyaan: Kapan sidang, kapan wisuda, dan kapan-kapan lain yang selalu mengekor. Percayalah, ada masa ketika pertanyaan berawalan “kenapa” ini terasa begitu menyudutkan diri sendiri, salah satunya ya saat menggarap skripsi. Padahal, pertanyaan itu hanya perlu ditanggapi positif dan santai, jangan terlalu dipikirkan. Sebab sebagaimana bayi, skripsi akan memilih sendiri tanggal sidangnya.
Kelak, saat kamu sudah wisuda dan masuk ke dunia kerja, semua itu seolah tak ada artinya. Apa yang kita lalui selama menjadi mahasiswa adalah murni proses. Kadang, tak semua jurusan yang kita pilih, baik itu dengan penuh kesadaran atau keterpaksaan bisa mengantar kita pada karier yang diimpikan. Tapi tetaplah berjuang meraih mimpi.