Siang telah menemukan garangnya. Di depan sebuah rumah berukuran besar dengan pohon mangga yang baru dipangkas, beberapa motor sliweran. Ada juga pejalan kaki yang sibuk dengan arahnya masing-masing. Seorang ibu dengan menggendong Batitanya tengah membicarakan seseorang yang sedang lewat di depan rumahnya.
"Kemarin Mama naro botol kosong di samping situ", ujarnya sambil menunjukkan lokasinya pada anak perempuannya yang juga sedang berdiri di depan pintu, memperhatikan seseorang yang sepertinya menyadari sedang dibicarakan. "Eh, tiba-tiba diambil sama orang itu". Orang tersebut menghentikan langkahnya dan berbalik. Ia memasuki halaman yang gerbangnya dibuka sedikit tersebut. Tangan kanannya memegang karung yang dipanggul di bahunya, tangan kirinya memegang kayu.
"Ada apa ya?", sosok lelaki tua itu telah membuat anak perempuan si ibu deg-degan. "Ini rumah siapa ya?", tanya pria itu lagi. langkahnya kini telah berhenti, ia berdiri menunggu jawaban.
"Kan tadi udah tanya", jawab si ibu santai.
"Ohya? Ini rumah siapa ya, Bu?"
"Ini rumah Pak Supar",
"Pak Supar mana ya Bu?"
"Bapak cari rumah siapa?"
"Cari rumah Pak Tukiran tadi"
"Rumahnya di sana, bukan di sini"
Lelaki tua tersebut mengangguk. Kemudian ia pergi begitu saja.
Anak perempuan si ibu memperhatikan lelaki asing tersebut sampai ia benar-benar pergi. Setelah cukup jauh, ia menatap ibunya, seolah menuntut jawaban Dia orang gila kan Bu?
"Kemarin ibu udah bilang jangan diambil. Eh, dia malah ngangguk sambil bilang: Ia gak papa. Trus botol-botolnya dibawa".
Si ibu memberikan sedikit informasi bahwa lelaki tersebut adalah adik dari seorang warga yang berkecukupan hidupnya. Ada yang bilang lelaki tersebut stres gara-gara tidak mendapat warisan dari keluarganya. Sampai saat ini ia masih membujang.
"Oo..."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar