Laman

Kamis, 22 Desember 2011

ibu dan jejak-jejak sungai

"kau punya ibu?"
pertanyaan itu sontak membuatnya lupa. ia lupa segala kejadian beberapa detik setalah mendengar kata itu.
"kau punya ibu?" pertanyaan yang belum sempat dijawab itu justru ia tanyakan balik pada yang bertanya.
"kau?", suara lain timbul entah dari mana "mana ibumu?", lanjutnya.
"ibumu mana?", lagi-lagi muncul suara.

***
hujan belum juga tiba. padahal sudah sejak setahun lalu ia merelakan diri duduk di tepi sungai yang kering karena kemarau yang nyaris mematikan kehidupan. ia tak pernah beranjak dari duduknya. hanya pikiran-pikiran tak berujung yang berhamburan di kepala.
"ibu mana?"
kekagetan membuat lamunannya pecah, ada yang tumpah dari sana.
setetes, dua tetes, tiga, empat, dan seterusnya.
"ibu?", matanya telah basah. di antara dua kubu di kelopaknya, ada aliran yang membentuk jalan. ia mulai menapaki jalan itu, mengingat sampai di mana tadi ia berpikir.
"ibu?"
di setiap jejak yang ia tinggalkan, suara itu menggambar diri. sementara ia terus berjalan memandu alitran menuju sungai.
ibu
    ibu
          ibu
sejenak ia berhenti, itu membuat aliran terpaksa mendahului langkahnya.
ia berbalik ke belakang, matanya berhamburan mencari sesuatu.
"ada banyak sekali yang kutinggalkan"
aliran telah sampai di sungai, sementara ia masih juga diam. di antara dua kubu di kelopaknya, ada sungai yang kini telah kembali. di sana ada jejak-jejak yang menggambar diri.

kafe senja, 22 desember 2011
"selamat hari ibu, mak. jejak dan sungai adalah hidup yang akan mematikan jika mereka tak kau bingkaikan untukku"

1 komentar:

  1. desta....

    haha.. di matanya, ada sungai yg terus beranak-pinak dan mencari muara... :D

    BalasHapus