Laman

Jumat, 04 Februari 2011

Cinta, oh cinta



Dalam hal jatuh cinta, aku sudah cukup berpengalaman dan bisa menerima dengan legowo, bahwa jatuh cinta bukanlah kewenangan manusia sebagai makhluk Tuhan. Cinta itu datang pada saat yang seringnya tak pernah kita duga. Begitupun perginya.
Jatuh cinta bagiku adalah doorprize. Hanya  bisa diharapkan dan direncanakan, sedangkan realisasinya adalah kewenangan Tuhan.
Aku jatuh cinta lagi. Ah, akhirnya kuungkapkan juga kalimat ini. Sedikitpun tak pernah kusangkakan hal ini akan terjadi. Semuanya berawal dari keikutsertaanku pada salah satu lembaga aktivis kampus. Awalnya aku didorong oleh teman-teman Unit kegiatan Mahasiswa (UKM) untuk mengikuti seleksi, sebab aku menyadari tak berbakat dalam bidang politik, sedangkan lembaga yang akan kuikuti seleksinya jelas beraroma politik. Aku sangat anti politik, meskipun kata guru sosiologiku saat SMA dulu, pada dasarnya  politik adalah alat komunikasi.
Beberapa tahap kulalui. Kampanye sana-sini, diskusi dengan para demisioner dsb. Akhirnya aku mendapat kalo gak salah 42 suara dari fakultas, dan bersama 8 orang lainnya dilantik menjadi anggota Senat Mahasiswa Fakultas.
Banyak hal-hal baru yang kudapatkan selain teman-teman baru. Pola pikirku berangsur megalami perkembangan. Aku hidup pada lingkungan baru yang tentu saja setiap hal baru selalu menyenangkan, menurutku.
8 desember, Sehari sebelum memasuki masa kampanye aku mengalami suatu perasaan yang sangat menyenangkan. Ketika itu aku dan seorang teman sedang duduk di joglo kampus, menyaksikan kampanye calon ketua BEM. Saat sedang duduk, tiba-tiba seseorang melihat kearahku dengan senyum tertahan. Aku belum pernah melihatnya sebelum ini. Dengan senyum yang masih tertahan, ia berjalan melewatiku, sebentar ia berpaling, kemudian kami saling lihat lagi. Ternyata ia hanya berputar membelakangiku untuk kemudian berdiri di sebelah kananku, agak jauh. Itulah pertana kalinya di senat mahasiswa aku mendapatkan satu perasaan yang patut kusyukuri, Penasaran.
9 desember aku dan teman-teman melakukan kampanye putaran pertama, kami tidak bertemu. Esoknya saat kampanye putaran kedua, seluruh peserta berangkat ke kampus atas untuk kampanye lanjutan. Tak kusangka ia kembali hadir. Ah, aku ingat ketika itu gigiku sedang ngilu karena kondisi cuaca sedang musim dingin. Pipiku kupasang layar salonpas. Kami bertemu pandang. Lagi-lagi senyumnya tertahan. Aku yang sedang ngobrol dengan teman-teman yang lain pun tak ingin melewatkan saat-saat medebarkan itu. Ia berjalan melewatiku menuju sebuah bangku. Kami sama-sama berpura-pura acuh. Sampai di bangku ia duduk, tepat menghadap kearahku berdiri. Oh, Tuhan.
Kurang lebih dua minggu kami tak pernah bertemu. Informasi mengenai dirinya pun sangat minim. Aku hanya tahu bahwa dia mahasiswa ekstensi di fakultas. Kami seangkatan namun beda jurusan. Aku kuliah pagi sedangkan dia kuliah sore. Sampai suatu ketika Himpunan Mahasiswa Jurusannya mengadakan acara opera di kampus. Kebetulan aku dan teman-teman satu jurusan akan ngamen guna menggalang dana jelang pentas teater. Di sana kami bertemu. Dengan sumringah jantungku berpacu sedikit lebih cepat saat melihatnya mengenakan kaos yang senada dengan jaketku, belang hitam-putih. Selesai acara, penonton bubar. Aku berdiri di depan teras dengan teman-teman, kulihat ia pun keluar dengan seorang teman yang kukenal, anggota Sema. Cukup lama kami berdiri pada posisi masing-masing, dengan sesekali saling curi pandang.
Gerimis mulai jatuh. Kulihat ia berjalan sambil menutup kepalanya dengan tas. Ia menyebrang ke warung depan kampus. Sebelum menyebrang ia sempat melihat kearahku, aku buang muka. Sampai di warung ia berdiri sebentar, melihat kearahku. Kemudian ia duduk. Kami kembali saling pandang dari kejauhan, saling memperhatikan. Mungkin pertanyaan kami sama, “ini maksudnya apa ya?”
Ah, tapikan dia duluan yang mulai. Aku hanya mengikuti cara mainnya, kenapa tiap kali bertemu ia selalu melihatku dari jauh? Sampai sekarang kami belum saling kenal.
19 desember, pagi hari sebelum pentas drama jurusan, kami bertemu lagi. Aku dan teman-teman Sema berseragam almamater karena akan mengikuti acara pelantikan Sema dan Bem. Sebentar kami saling pandang dari kejauhan. Namun tak lama ia duduk didekatku, kami membentuk sudut. Dengan jarak yang sangat dekat itu, kurasa kami bisa saling mendengar suara obrolan antara aku dan teman-teman sema, dan antara dia dengan teman-teman jurusan. Satu hal yang akhirnya kuungkapkan pada temanku adalah, siapa dia sebenarnya, apakah termasuk salah satu anggota Bem? Temanku yang juga anggota Bem tak mengiyakan. Jadi kalo dia bukan anggota Bem, apalagi Sema, kenapa ia selalu hadir di setiap acara Sema dan Bem yang kuikuti?
Aku jatuh cinta padanya. Mungkin ini konyol. Ah, tapi jatuh cinta memang selalu konyol. Siangnya saat acara pelantikan usai, aku bergabung dengan teman-teman jurusan untuk mendekorasi panggung teater di lantai 2. Saat keluar sebentar, aku berdiri di balkon dan mendapati dirinya tengah berpose di depan kamera, mengabadikan kebahagiaan kampus baru kami. Entahlah, aku begitu menikmati pemandangan itu dari balkon. Kami hanya saling lihat satu kali, selebihnya, kupikir  ia sengaja tak melihat kearahku, dan aku tak peduli, terus memperhatikannya dari balkon.
Hari itu sebenarnya aku kecewa. Selain kami tak seperti saat pertemuan tak sengaja dua kali sebelumnya, hari itu aku melihatnya selalu berdekatan dengan ketua HMJ jurusannya, seorang wanita. Sekilas, mereka memang lebih cocok dilihat bersama, serasi. Seketika itu kuputuskan untuk menyudahi penasaranku tentang siapa sebenarnya dia. Aku mencoba tak peduli.
Setelah hari itu kami tak belum betemu lagi, kebetulan juga ini masa libur semester. Aku tak begitu merindukan saat-saat kami saling pandang dari jauh. Mungkin aku memang sudah ikhlas melupakannya. Sampai suatu ketika, tiba-tba aku merasa deg-degan ketika bertemu seseorang yang lain. Lagi-lagi aku tak pernah menyangka apalagi merencanakan. Sebenarnya kehadiran seseorang ini bersamaan dengan hadirnya dia. 
Sosok seseorang yang membuatku deg-degan ini sebenarnya lebih sesuai dengan kriteriaku, dibandingkan dia. Seseorang ini adalah ihkwan, namun tidak fanatic dan seorang organisator. Aku tak bisa menjelaskan bagaimana aku berani bilang bahwa aku jatuh cinta lagi! Yang jelas suatu malam aku merasa tiba-tiba mengingatnya dan jatungku berdegup lebih cepat. Sengaja kubuka foto profil di Fbnya, dan sumringah melihat senyumnya yang bersahaja.
Pernahkah kamu bertanya, kenapa Tuhan kerap menjatuhkan perasaan cinta kita pada seseorang, namun tak sekalian membantu kita untuk mendapatkannya?
Tuhan, aku jatuh cinta. Terima kasih atas perasaan ini, semoga kali ini aku tidak salah jatuh cinta. Aku bersyukur bisa menyukai seseorang yang mencintaimu. Semoga kali ini aku bisa lebih menjaga perasaan. Semoga ia adalah jawaban dari doaku selama ini. Aku ingin mencintai seseorang yang mencintaimu. Seseorang yang nantinya bisa menemaniku untuk lebih mengenalMu. Seseorang yang keimanannya lebih di atasku.  Amin…
*27 jan 2011

Tuhan, ternyata di hatinya telah ada seseorang. aku sedih Tuhan. tapi tak apa. aku mundur saja ya...
3 Feb 2011



2 komentar:

  1. hidup adalah pilihan termasuk didalamnya cinta, mungkin ini yng selalu membuat manusia inilanggeng dimuka bumi ini. cinta membawa kebahagian, cinta membawa kehidupan, dan cinta membawa kebencian. tinggal dimana posisi ini kita memandang.

    walaupun perih namun kisah cinta selalu memberi semangat hidup

    BalasHapus
  2. hahay.. sepertinya saya tahu orangnya... hm.. setuju dengan komentar teman diatas dan menyenangi paragraf terakhir tulisanmu..

    terus berikhtiar, akan tiba masanya pengabulan atas do'a-do'a..

    sabas kawan.. :)

    BalasHapus