Laman

Senin, 15 November 2010

sepucuk tunas, untukmu

inilah ketika pagi meminang embun yang luruh dari keterjagaanmu
menyebar teduh hingga sesekali dingin menggeliat
matamu adalah pagi
tapi juga matahari
bahkan senja di permulaan petang
yang dengannya aku melihat meski dalam jarak

kau,
di sepuluh jari yang kian kerut adalah penggenggam cinta
dua kakimu melangkah, menemu jalan terjal dan berlubang
tak hanya sekali kau jatuh kemudian terkilir
semata untuk menopang kaki-kaki kami yang terkadang salah menikung

pernah, kutemukan ranjangmu patah di sajadah
sambil kau mematung di kerendahan paling rendah
menangis,
mengeluh betapa kau belum juga bisa menjadi serupa karang

aku tak peduli.

sebab memang aku masihlah pasir kecil yang sering sembunyi di matamu
berdalih angin menerbangkanku

...

sepucuk rindu yang pagi ini bertunas lagi, Bu
kupetik untukmu
beberapa embun di atasnya untuk membasuh rindu batinmu
semoga kau tetap dalam pijar seterang, sehangat dan sekuat matahari
yang tak pernah lelap
sebab aku tahu ibu,
kau tak pernah melakukannya
hanya berpindah dari satu belahan ke belahan lain di pandangan kami yang masih terbatas


kubungkas dan kutitipkan padaNya
semoga sampai tepat ketika kau hening
dalam jarak yang sengaja kita ukir


tembalang, semarang ------------------------------------- lampung, 45 tahun setelah 15 november 1965

putri kecilmu yang mencoba lebih baik, mencoba dewasa namun tetap kecil di kasih sayangmu yang terlampau besar
Desta Ayu Wulandari

Tidak ada komentar:

Posting Komentar