Laman

Rabu, 24 November 2010

embun di pagiMu, Tuhan

tulisan kecil untuk Tuhanku, Yang Maha Besar

Tuhan.
begitu kami menyebutmu, tapi sungguh, memanggilmu dengan Allah adalah teduh yang tak berbanding dengan apapun.

Tuhan.
di duka yang berkedalaman, hanya sekedar melafadzkan kebesaranMu, telah mampu memperpanjang helaan napasku yang nyaris tersengal.

aku datang, Tuhan. untuk membawakanmu segelas yang belum terisi penuh kesedihan.
maukah kau mendengar tanyaku?
"kenapa Kau kerap menjadikan air mata sebagai perantara kisahkasih kita? padahal aku ingin mencintaimu dengan kesadaran penuh, bukan lantaran pedihperihluka, apalagi cinta"

Tuhan, aku ingin mencintaimu dengan tidak sederhana.


kafe senja, 241110

Tidak ada komentar:

Posting Komentar