Laman

Minggu, 10 Agustus 2014

Jujur, Aib, dan Karya

Setelah sekian lama gak baca blognya Bang Nuril...
Dia masih tetap demikian itu, jujur dan gak tahu malu, tapi saya juga masih tetap begini: menyukai kejujuran seseorang, meskipun itu aib. Apalagi, cerita-cerita dia kadang bikin saya tertohok. Sebelum cerita tentang Marshed yang katanya "sakit" part 2 itu terblowup di media, tentang 'keberanian' dia jujur dia medsos, Bang Nuril sudah mengawali. Ada pula Ariel yang pernah menciptakan lagu "Sally", Anang yang berduet dengan Syahrini pasca bercerai dengan KD, dan masih banyak contoh lain. Dari mereka saya belajar untuk menghargai sisi gelap itu sebagai hal yang manusiawi.

Manusia butuh tempat untuk 'jujur' tanpa harus dihakimi. Ada yang merasa cukup dengan bercerita pada Tuhan, keluarga, kekasih, teman, diri sendiri, karya cipta, tulisan-tulisan implisit dan atau yang blak-blakan pada semua orang melalui internet. So, it's just about which is place we choose.
Hal terpenting adalah bagaimana kita bisa mengambil hikmah dari kisah-kisah kelam the honester itu.

Bagian terindah dari kejujuran adalah ketika seseorang tetap bisa dihargai. Misal: saya tetap menghargai Bang Nuril sebagai seorang penulis, meskipun saya tahu sekelumit keburukannya. Sebab memang saya tak mungkin berlepas dari prinsip bahwa Karya sastra memiliki satu karakter yaitu otonom. Atau kelak, sebagaimana pula yang pernah terjadi, Masrhed tetap bisa berkarya, tetap dihargai, tetap "laku" sebagai artis meskipun sisi buruk hidupnya telah diketahui khalayak. Di sisi lain ada yang menyebut: cuma cari sensasi. What ever. Tapi memang orang yang berani terbuka harusnya bertemu dengan orang yang juga opendminded, bukan menjustifikasi.

Agak khusus, bagi sekelompok orang yang mengekspresikan perasaan sedihnya lewat karya seni, saya menganggap itulah proses kreatif. Memang, banyak orang yang dalam keadaan tertekan justru makin lancar dalam dirinya inspirasi mengalir. Inilah kompensasi. "Smart insecurer", para pegalau atau perisau yang cerdas, akan menjadikan tiap "momen emas" mereka sebagai ladang berkarya. Jadi, ada kompensasi atas kejujurannya.

A Ganjar Sudibyo mengatakan, "menulislah, biar resahmu terasuh." Saya pikir karya-karya yang telah dihasilkan oleh Bang Nuril pun lahir dari kerisauan-kerisauan dalam hidupnya. Marshed melakukan hal yang sama, ia tidak menulis buku tetapi membuat video klip yang bisa dinikmati sebagai karya, lebih jauh lagi menjadi khatarsis bagi penikmatnya. Tentu akan lain cerita jika yang berpendapat adalah para haters. Saya bukan fans Marshed, tapi saya suka caranya kali ini. Harus diakui bahwa dia lebih anggun dan "dewasa" ketimbang apa yang dia lakukan sebelumnya dalam jejaring sosial youtube. Ini terlepas dari statusnya sebagai istri, ibu dan anak perempuan, serta keputusannya menanggalkan jilbab. Saya percaya, setiap hal selalu punya nilai. Tergantung pada situasi dan perspektifnya.

Tell is a need, write is a life. Jujur itu butuh keberanian dan kekuatan. Jujur itu melegakan. Jujur mengungkapkan perasaan sedih dan gembira itu penting, sebagaimana pentingnya kita membersihkan keranjang sampah. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar