Pernah kupasang tirai di sana
Agar mentari tak bisa mengintip meja makan di pagi
“Risih!” ujarku pada suami
Suatu waktu, sebelum pagi
Putri kecilku terjaga dalam mimpi
: adzan subuh mengunci mata (ku)
Dalam pejam menyibak tirai
Tiba-tiba tergambar di jendela
Setumpuk jauh
Wajah
Suara
Dan cinta yang terluka
Dulu.
Di jemariku pisau menuang darah
--Maaf, Ibu.
Langkahku terlanjur bertunas jarak
Tapi aku tak bisa lari
Lampung selatan, 22 agustus 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar