Hidup ini penuh kejutan. Tapi tak semua kejutan bersifat
positif seperti halnya kado ulang tahun. Ada kejutan yang nyata-nyata membuat
tercengang hingga berakhir kecewa. Nah, agaknya efek buruk inilah yang telah
diantisipasi oleh beberapa pihak terkait kebijakan umum yaitu dihapusnya
subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM).
Akhir November lalu pemerintah secara resmi mengumumkan soal
penghapusan subsidi BBM yang juga dimaknai sebagai penaikan harga bahan bakar
tersebut. Alasan yang digadang-gadangkan adalah subsidi yang selama ini
dikucurkan lewat BBM telah disalahgunakan. Sehingga, subsidi BBM
akan dialihkan ke sektor lain supaya lebih tepat sasaran kepada masyarakat yang
memang layak menerima. Sayangnya, manfaat dari pengalihan itu baru bisa
dirasakan dalam jangka panjang. Berbading terbalik dengan dampak negatif yang
serta-merta menimpa masyarakat.
Hal ini tidak mengherankan karena BBM memang berkaitan dengan banyak aspek pada sektor ekonomi. Dengan sendirinya harga kebutuhan pokok berupa sandang-pangan, tarif angkutan umum, dan yang lain mengikuti seiring dengan meningkatnya harga BBM. Memang kenaikannya tidak banyak, hanya 20 persen saja. Pun, kebijakan serupa pernah dilakukan sebelumnya. Demonstrasi selalu terjadi di awal. Tapi kemudian berakhir dengan kepasrahan. Sebab waktu memang selalu bisa menyembuhkan kekecewaan.
Terkait waktu, sebetulnya dampak tak mengenakkan itu bisa diminimalisir jika ada pencicilan perubahan. Tak apa pemerintah pada akhirnya mengumumkan soal naiknya harga BBM. Toh, pada dasarnya masyarakat patuh bila memang alasan kebijakan itu berterima secara logika. Dan pencicilan perubahan itu bisa jadi penting dari segi psikologis.
Pencicilan perubahan merupakan suatu tindakan mengangsur dampak dari suatu kebijakan. Mungkin hanya segelintir orang yang menyadari bahwa ada pihak tertentu yang telah mengantisipasi dihapuskannya subsidi BBM sebelum pengumuman resmi yang bermula dari gosip itu akhirnya menjadi kenyataan.
Ingatkah bahwa tarif tol di Jabotabek telah lebih dulu dinaikkan padahal ketika itu kenaikan harga BBM baru sebatas isu belaka? Saat Presiden terpilih baru saja menikmati kursi kepresidenan sambil menerima kecaman serta ancaman bila BBM benar-benar naik.
Selain tarif tol, jauh sebelum itu pihak ASDP Pelabuhan Merak-Bakauheni pun telah ambil start duluan dengan memberikan sosialisasi kenaikan tarif penyebrangan tanpa alasan, kepada masyarakat melalui beberapa banner yang dipasang di area pelabuhan. Barangkali benar bahwa gosip hanyalah fakta yang tertunda.
Pihak pengelola jalan tol dan ASDP sudah melakukan langkah tepat. Mereka tahu bahwa setiap hari masyarakat selalu berjibaku dengan jalan tol dan pelabuhan. Meskipun antisipasi itu tidak mengubah keputusan pemerintah, setidaknya beban batin yang dirasakan masyarakat jadi tak seberat bila kenaikan tarif keduanya itu diberlakukan pasca lenyapnya subsidi BBM.