Passion, obsesi, target, dan mimpi ibarat suatu jalinan yang
nantinya menjadi sebuah jalan panjang bagi seseorang menemukan “rumah”. Percaya
atau tidak, sebagian orang tidak lagi puas menerima pemaknaan rumah sebagaimana
lumrahnya. Makna rumah telah bergeser menjadi lebih luas, tak sekadar tempat
tinggal atau tempat berteduh dari panas dan hujan. Kenyataan semacam ini mudah
ditemukan dalam berbagai ungkapan pada lagu bertemakan rumah. Satu yang akan
lekas terbesit dalam pikiran adalah “Home” yang dibawakan Westlife, dan telah dinyanyikan
dalam versi lain oleh Michael Buble.
Lebih jauh lagi, coba dengar dan resapi lagu “Temporary Home”
yang dibawakan oleh Carrie Underwood.
Little boys six years old. A little too used to being alone. Another new mom and dad. Another school, another house that will never be home. When people ask him how he likes this place. He looks up and says with a smile upon his face. This is my temporary home, it’s not where I belong. Windows and rooms that I’m passing through. This is just a stop on the way to where I’m going. I’m not afraid because I know this is my temporary home.
Ini hanya gambaran kecil bahwa ternyata di dunia ini, seseorang
tak pernah berhenti mengikuti hasrat diri, passion, mencari hingga menemukan
tempat yang bisa disebut rumah, yang menyamankan hati, serta mendamaikan. Sebagaimana
ungkapan yang cukup populer dan bisa ditemukan pada lagu Jennifer Chung
berjudul “Common, Simple and Beautiful Life” bahwa “Home is where the heart is”.
Seseorang pernah bertanya pada saya, apa perbedaan antara “home”
dengan “house”? Santai saya jawab bahwa perbedaannya ada pada penekanan makna. Di
seberang benua sana ada sebuah bangunan bernama White House, di tepi jalan pun
mudah bagi kita menemukan beragam tempat bernama Coffe House, Tea House, Boarding
House, Pet House, dan lainnya. Itu menunjukkan bahwa house lebih menekankan
pada bangunan yang lokasinya spesifik dan bisa dilihat.
Referensi dari berbagai lagu bertemakan “rumah” pun makin
meyakinkan saya bahwa “home” memiliki makna yang teramat dalam mengenai “rumah”.
Sesuatu yang tak harus berwujud bangunan, tetapi lebih pada zona nyaman yang
berbeda antara satu orang dengan orang lainnya. Mereka yang berada di ‘rumah’
kadang merasa tak nyaman. Justru mereka bisa lebih leluasa mengungkapkan rasa sayang
pada keluarga saat sedang berada di tempat yang jauh dari rumah. Bagian larik
yang bercetak tebal di atas juga bisa menjadi jawaban, bahwa house tak akan
pernah bisa menjadi home. Atau coba pikirkan, kenapa seorang sutradara memilih
judul Home Alone dan bukan House Alone.
Saat kembali pada persoalan passion, rumah yang sedang saya
tuju selalu mengarah pada hal terkait buku. Jadi tak heran, di manapun saya
berada, saya akan merasa nyaman bila berada pada jalur tujuan. Tak peduli saya
berada di tepi jalan menunggu bus lewat, saya sedang di kapal berlayar
menyeberang pulau, saya sedang galau menanti jodoh *eh* asal saya bersama buku,
saya merasa sedang berada di atau dalam perjualanan menuju rumah dan tak perlu
mengkhawatirkan apapun. Bagi saya, home is where you can make love with your book, even there are people around, even you're on a trip
Saya punya mimpi besar bersama buku, salah satunya membangun
semacam taman bacaan tapi punya fungsi lebih dari itu. Tentu proses yang tak
bisa saya lewatkan adalah mengumpulkan sebanyak mungkin buku, baik dalam bentuk
cetak ataupun elektronik. Untuk buku yang masih bisa dijangkau dalam bentuk
cetak, saya akan membelinya di toko buku. Sementara untuk buku yang mungkin
sudah tidak cetak ulang, buku yang tidak dipasarkan di Indonesia, buku berbahasa asing, atau bahkan
buku yang berharga miring, solusi yang saya ambil adalah dengan memburunya di
toko buku online dalam versi pdf.
Salah satu yang menurut saya recomended
adalah electrabookstore. Bagi para pegiat buku yang makin lengket dengan
gadget, saya pikir tak ada salahnya coba mengintip koleksi yang dimiliki toko
buku elektrik ini. Seolah melek teknologi, ownernya hadir melalui beberapa akun
media sosial yang tengah digandrungi masyarakat, di antaranya twitter:electrabooks_ , instagram/line:electrabookstore dan BB: 29D3A51B.
Percayalah, setiap orang telah diciptakan dengan suatu tujuan spesifik dari Tuhan. Maka berusahalah menemukan passion, untuk kemudian melanjutkan misi untuk pulang ke rumah sesungguhnya. Hati-hati di jalan ya :)
Percayalah, setiap orang telah diciptakan dengan suatu tujuan spesifik dari Tuhan. Maka berusahalah menemukan passion, untuk kemudian melanjutkan misi untuk pulang ke rumah sesungguhnya. Hati-hati di jalan ya :)
Perjalanan saya berlayar dengan kapal Feri |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar