Di suatu pemberhentian
dalam jalan hidup manusia
Seorang
laki-laki turun dari kereta. Ia kemudian bersandar di pagar pembatas menunggu
kereta selanjutnya. Langit tampak kemerahan. Mata laki-laki itu memperhatikan
sekitar. Ada orang lalu-lalang, pengamen membenahi gitar dan seorang perempuan
berkaca mata di seberang. Keesokan harinya kejadian yang sama terulang.
Bedanya, ia menemukan potongan kertas bertuliskan “Lupakan”.
Di
hari yang lain, saat sedang menunggu kereta laki-laki itu melihat perempuan
berkacamata tengah bertengkar dengan seorang laki-laki yang tak lain adalah dirinya.
Mereka berpisah berlawanan arah. Laki-laki itu memperhatikan perempuan berkaca
mata yang bergegas pergi dengan kemarahan. Tampaknya pria itu tak menyadari
bahwa perempuan lain justru sedang memperhatikan dirinya.
Bukanlah
tanpa kesengajaan jika film pendek berdurasi sekitar limabelas menit ini dibuat
tak berdialog sama sekali. Sebagai sutradara yang merangkap produser, editor
sekaligus penulis naskah, Radian “Jawa” Kanugroho punya maksud tersendiri lewat
film berjudul “Lupakan” ini.
Berlatar
sebuah stasiun kereta, film ini hanya menyuguhkan potongan-potongan peristiwa
yang dialami seorang laki-laki saat sedang menunggu kereta. Sepatah kata pun
tak dimunculkan dari tiga orang yang ada. Hanya dengan ekspresi wajah dan
gestur tubuh, penonton dibiarkan dan dipaksa untuk menerka-nerka apa yang ada
dalam pikiran para pemainnya.
Seni
melupakan. Hal itulah yang mendominasi makna muatan dalam film ini. Banyak cara
yang umumnya dilakukan orang untuk melupakan. Misalnya saat putus cinta, mereka
akan membuang setiap benda bernilai kenangan. Selain itu bisa juga dengan pergi
ke suatu tempat yang bisa menghindarkannya dari pertemuan-pertemuan tak sengaja
dengan orang yang ingin dilupakan. Ada pula yang memaksakan diri agar tak
memikirkan, tapi justru semakin teringat.
Seni
melupakan yang ditawarkan Radian adalah dengan cara menemukan orang lain.
Seperti yang dilakukan laki-laki penunggu kereta tersebut. Saat menemukan
orang lain yang siap untuk mengisi kekosongan hati, secara perlahan kenangan
yang tersimpan dalam ingatan akan tersisih. Meskipun ingatan itu tidak
benar-benar lenyap, tetapi ada proses laten yang terus mengikiskannya tanpa
tekanan yang dipaksakan sebagaimana cara-cara umum melupakan sesuatu.
Banyak
hal bisa dilupakan dengan cara ini. Saat kehilangan seseorang, kehilangan benda
kesayangan, kehilangan kesempatan berharga, dan semacamnya. Yang jelas,
melupakan bukanlah membuang atau melenyapkan sesuatu secara instan. Ada proses
yang harus dijalani yaitu kesabaran. Sebab jika mau menyadari, kenangan—pahit
atau manis—tercipta untuk hidup di dimensi tersendiri tanpa harus dipermasalahkan
keberadaannya. ***
--Dibuat dalam rangka pemenuhan tugas mata kuliah Penulisan Kolom.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar