Mereka (setan) turun kepada setiap pendusta yang banyak berdosa
Mereka meyampaikan hasil pendengaran mereka, sedangkan kebanyakan mereka orang pendusta
Dan penyair-penyair itu diikuti oleh orang yang sesat
Tidakkah engkau melihat bahwa mereka mengembara di setiap lembah*
Dan bahwa mereka mengatakan apa yang mereka sendiri tidak mengerjakan(nya)?
Kecuali orang-orang (penyair) yang beriman dan berbuat kebajikan dan banyak mengingat Allah dan mendapat kemenangan setelah terdzalimi (karena menjawab puisi-puisi orang kafir). Dan orang-orang yang dzalim kelak akan tahu ke tempat mana mereka akan kembali.”
(QS asy-syu’ara [26]: 221-227)
*yang dimaksud dengan ayat ini ialah bahwa sebagian penyair itu suka mempermainkan kata-kata, tidak mempunyai tujuan yang baik dan tidak mempunyai pendirian
===================================================================================
Assalamualaikum, saudaraku sesama muslim, kawanku, kawanan senjaku, kawan berbagi sajakku, dan tentu saja “kawan berbagi kesederhanaan”ku, kali ini aku meyapa kalian dengan beberapa potong sajak Tuhan. Jangan dulu bergumul dengan kotak kefanatikan, tapi kumohon, letakkan sejenak “pandangan” itu di hati dan kerendahan serta ketawadu’an kepada-Nya, Pengampu K A T A yang selama ini kita jarang K A T A K A T A itu di perapian sajak (semaumaunya) agar masak dan kemudian kita santap sebagai menu sarapan, makan siang atau makan malam (terkadang menjelang pagi).
Sajak ini kutemukan beberapa waktu lalu, tepatnya ketika kutuliskan “Tuhan,aku ingin ketemu” dan sajak ini terus berkutat dibelakangku, di setiap akan ku ramu K A T A K A T A itu di panci sajak.
Saudaraku, kawanku, tidakkah potongan sajak di atas membuat gatal kepala, apalagi ada lirik yang bicara penyair dan puisi? Yang ingin kujarang dengan kalian adalah soal:
Yang pertama adalah penyair, jika ada suatu pengakuan dalam hati bahwa penyair adalah sesuatu yang melekat dalam diri (kita) tuliskanlah sesuatu untuk meluruskan semuanya, setidaknya dari posisi kita, semampunya (karena pada dasarnya kita lemah).
Kedua, setelah ada pengakuan itu, kita lanjutkan dengan baris sajak yang berbunyi … lembah* dengan catatan kaki dibawahnya : *yang dimaksud dengan ayat ini ialah bahwa sebagian penyair itu suka mempermainkan kata-kata, tidak mempunyai tujuan yang baik dan tidak mempunyai pendirian
Kemudian baris ini: Dan bahwa mereka mengatakan apa yang mereka sendiri tidak mengerjakan(nya)?
Dan yang terakhir : (karena menjawab puisi-puisi orang kafir)
Aku hanya ingin berbagi, tidak lebih. Dan jangan biarkan beberapa potong sajak ini hanya menjadi arang di perapian sajak kita. Terutama empat hal yang ingin ku jarang bersama kalian, karena kepalaku terasa gatal terusterusan. Terima kasih saudaraku, kawanku.
Wassalamualaikum.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar