Saya baru saja menemukan sebuah tautan di facebook, karena penasaran saya pun membacanya sampai habis. Kebenarannya jujur masih sangat saya ragukan. Entah itu hanya ilustrasi dari pihak2 tertentu yang pro Anas atau justru sindiran dari pihak yang kontra pada dia. Apalagi tulisan tersebut dimuat hanya di sebuah web blog. Yang jelas itu saya cukupkan sebagai pengetahuan umum. Dan di bagian akhir, ada yang menarik perhatian saya. Begini bunyinya:
"Sabar saja, Pak Anas. Nasib kita sama," begitu nasihatnya.Dia menjelaskan, maksudnya sama-sama sepi, tak ada hiburan, tak ada tontonan. Bedanya, dia menjaga, saya dijaga. Sebagaimana petugas yang lain, jatah jam jaga adalah setengah hari alias 12 jam. Tugas Amir hari ini akan berakhir pagi nanti jam tujuh.
Saya sabar mendengarkan dia bercerita tentang sejarah politik dan kerajaan zaman dulu. Dengan fasih, dia menjelaskan naik-turunnya kerajaan-kerajaan di Jawa, sejak Tumapel, Singosari, Kediri, Majapahit, Demak, Pajang, dan Mataram. Datang dan perginya raja-raja Jawa itu dia jelaskan dengan terperinci mirip guru sejarah. Menarik karena wawasan sejarahnya cukup bagus. Saya hanya khusyuk mendengarkan sembari kasih komentar tambahan sedikit-sedikit.
Inti dari sejarah politik kerajaan-kerajaan Jawa dulu adalah politik “bumi hangus”. Setiap pemenang selalu menghancurkan yang dikalahkan. Kerajaan diluluhlantakkan dan yang dianggap berharga dibawa pergi oleh pemenang perang. Pusat kerajaan yang kalah diratakan dengan tanah sehingga yang tersisa tinggal kenangan. Jikapun ada, hanya bekas-bekas reruntuhan atau situs yang tak lagi utuh. Politik bumi hangus dan dendam tak berkesudahan hamper menjadi model politik sampai Indonesia memasuki zaman modern.
>> Tautan Diari Anas Urbaningrum dalam Rutan (?)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar