Selama ini yang terlintas di kepala saat mendengar istilah melawan arus adalah sesuatu yang jauh lebih keren (ekstrem) dari sekadar ikut arus (ikut mainstream). Tapi pernahkah terpikir filisofi arus?
Air mengalir dari tempat tinggi ke tempat rendah, begitulah takdirnya. Saat seseorang melawan arus, sudahkah tergambar arah mana yang akan ia tuju? Kembali kah ke masa lalu? Atau sekadar berbelok? Sebab jika ia masih menjadi air, tak akan mungkin mengalir ke atas. Sedangkan laut akan selamanya menjadi muara, di bagian terendah.
Jadi, saya simpulkan bahwa istilah melawan arus yang selama ini saya pahami adalah kesalahkaprahan. Lalu, tidakperlukah kita menjadi pelawan arus? Jika pertanyaan ini mengacu pada maksud ‘tidak perlukah kita menjadi pribadi yang unik?’ maka jawabannya: melawan arus berarti melawan kodrat. Jika ingin menjadi pribadi yang berbeda dari yang lain, cukup lakukan dengan cara memilih jalur yang tidak umum. Tetapi tetap meyakini bahwa air akan senantiasa termuarakan pada laut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar