Tuhan terlampau biasa untuk sekadar memahami.
Di pundakmu, ada risau-risau yang pasi.
Ke mana hendak kau bawa pergi bercak-bercak rindu yang tak merupa?
Tuhan terlanjur biasa dalam memberi.
Kadang, kau terlalu khusyuk untuk meyakini jalan yang tertimpa langit.
Kabut. Di matamu terberai kabut yang bahkan tak sempat mengantarkan mendung.
Hujan. Di pekaranganmu menderas ianya yang tak tahu ke mana harus pulang.
Tuhan berkabut.
Sementara kau sendirian menelan mendung, sampai habis.
Semarang, 24 April 2013
Di pundakmu, ada risau-risau yang pasi.
Ke mana hendak kau bawa pergi bercak-bercak rindu yang tak merupa?
Tuhan terlanjur biasa dalam memberi.
Kadang, kau terlalu khusyuk untuk meyakini jalan yang tertimpa langit.
Kabut. Di matamu terberai kabut yang bahkan tak sempat mengantarkan mendung.
Hujan. Di pekaranganmu menderas ianya yang tak tahu ke mana harus pulang.
Tuhan berkabut.
Sementara kau sendirian menelan mendung, sampai habis.
Semarang, 24 April 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar