Malam hampir
menua
Wajahnya yang
penuh kerutan kian pucat menelan angin yang mampir ke jendela
Di sebuah
lubang, di balik sebatang kerinduan yang sungsang di halaman belakang
Di getirnya
kesepian di ketiadaan
Aku tinggal jendela
Setiap malam
kutelan diam-diam pesanmu yang sesenggukan menahan angin
Setiap diam
kutikam jarak yang menjauhkanmu dari kenyataan
Semu. Semua yang
kau kirimkan adalah kepura-puraan yang memaksa
Pakaianmu,
makananmu, pekerjaanmu, pikiranmu...
Semu. Omong kosong
Tinggal aku jendela
Di pintu,
pernah pesanmu meringkuk sendiri dilayati angin yang kedinginan
angin yang
kepayahan
Pesanmu tak
bisa sampai lewat pintu depan. Pintu yang sudah mati kehilangan kunci
Lalu kupungut.
Kupungut lalu kumasukkan lewat jendela. Aku
jendela
Tapi pesanmu
tak bisa terbaca
Jendela tinggal aku
Tinggal aku
yang sesekali sempoyongan menahan angin.
Aku tinggal.
Tanpa pintu tanpa ruang tengah
Di jendela,
pesanmu tak pernah sampai. Tak ada suara di ruang tengah
Pesanmu seharusnya
sudah sampai di sana, dan kau baca:
Tak ada lagi
rumah. Tak usah pulang.
Semarang, 18
Mei 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar