Laman

Kamis, 14 April 2016

LIMA TATAPAN BERNILAI IBADAH

Tahukah kamu, ada Lima tatapan manusia, yang ternyata bernilai ibadah:
1. Menatap wajah Ibu-Bapak. Mungkin inilah alasan mengapa sebagai anak kita harus berbakti kepada orangtua. Mengunjungi beliau saat jauh. Jadi, saat sedang mengobrol dengan Ibu dan Bapak, upayakanlah untuk menatap wajah mereka. Jangan sampai sudah mengorbankan waktu pulang ke kampung halaman, kita justru menatap layar gadget saat mengobrol dengan beliau.
http://family.fimela.com/resources/news/2013/08/21/1212/paging/2105/640xauto-tips-untuk-ibu-baru-menjalin-ikatan-dengan-bayi-kecilmu-130821i-2.jpg
2. Menatap wajah suami-istri. Dibandingkan menatap wajah orangtua, agaknya tren yang lebih berkembang di masyarakat adalah menatap wajah Suami atau Istri. Sehingga menikah memang salah satu sunah rasul yang harus sangat diupayakan.
3. Menatap Ka'bah. Siapa yang tak ingin naik haji? Mari luruskan niat. Bahwa menunaikan ibadah haji bukanlah semata perkara kesiapan lahir batin. Sebab ada nilai ibadah yang muncul ketika kita menatap Ka’bah. Jadi, tak ada salahnya kita memajang foto Ka’bah di rumah. Semoga bisa disegerakan berkunjung ke Rumah Allah tersebut.
4. Menatap Al Quran. Hanya dengan menatap ayat-ayat Al-quran, sudah mendapatkan nilai ibadah, paham atau tidak paham sudah dinilai ibadah. Apalagi sambil membacanya, memahami maknanya, kemudian mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
5. Menatap wajah alim ulama. Mungkin bagi sebagian orang, berkecimpung dengan ulama bukanlah hal populer. Tapi tak masalah. Cara sederhana untuk bisa mendapatkan nilai ibadah dari menatap wajah para alim ulama tak harus repot jauh-jauh datang ke tempat beliau yang memang jauh. Minimal, datanglah pada kajian-kajian yang diadakan di lingkungan tempat tinggal. Salah satunya datang ke Kajian Ahad Dhuha Masjid Istiqlal. Upayakanlah untuk datang di awal waktu. Menunaikan sholat Dhuha di sana. Kemudian duduk di barisan terdepan.

Kelima poin di atas disampaikan dalam Kajian Ahad Dhuha, 10 April 2016. Kajian diadakan rutin setiap Hari Minggu pekan kedua dan keempat, pukul 08.00 WIB. Kajian tersebut diisi oleh Aa Gym dan Ustaz Yusuf Mansur.

Senin, 11 April 2016

Tuhan dan Tukang Cukur Tak Pernah Ada

Suatu hari, Ahmad datang ke sebuah tempat potong rambut. Ia ingin merapikan rambutnya. Dengan rileks, ia duduk di kursi, dan Si Tukang Cukur siap bekerja.
Sambil mulai melakukan pekerjaannya, Tukang Cukur itu meracau. Ia mengatakan pada Ahmad. “Saya mah ga percaya bahwa Tuhan itu ada.”

Baru saja Ahmad merasa rileks karena sensasi dingin di kepalanya, seketika ia kaget. Matanya tak berkedip memperhatikan ekspresi wajah si Tukang Cukur dari cermin di hadapannya. Ia tak menyangka akan muncul kalimat sedemikian rupa dari seorang Tukang Cukur langganannya.
Source: http://merrittonbarbershop.ca/wp-content/uploads/2015/09/barbershop.jpg

“Loh, kenapa begitu, Mang?”
“Ya katanya Tuhan itu Maha Kaya, tapi kenapa ga semua orang dikayakan saja?"
Ahmad ingin menjawab, tapi ditahan karena agaknya Tukang Cukur itu akan segera melanjutkan kalimatnya.
“Katanya Tuhan itu Maha Pengasih dan Penyayang, kenapa masih ada orang-orang yang hidupnya penuh masalah. Kenapa ga dibahagiakan saja semuanya? Pokoknya saya mah ga percaya Tuhan itu ada. Tuh, lihat, orang-orang yang dirawat di Rumah Sakit, kalau memang Tuhan itu ada, mestinya gaada lagi orang sakit. Katanya Tuhan Maha Penyembuh. Ga percaya saya mah. Titik.”
Ahmad bergeming. Hingga tidak terasa Tukang Cukur itu telah menyelesaikan kewajibannya. Rambut Ahmad sudah rapi sekarang. Sejak tadi ia hanya tersenyum mendengarkan ceracau si Tukang Cukur.
Sebagai langganan terbaik, Tukang Cukur itu selalu mengantar Ahmad sampai pintu keluar. Sesampainya mereka di luar, Ahmad menyempatkan diri untuk merapikan rambut barunya. Dan dari kaca depan itu, ia melihat ada seseorang dari kejauhan melintas. Rambutnya gondrong tak beraturan. Sebelum pamit, gantian ia yang menyampaikan kepada Tukang Cukur.

“Mang, tahu ga kalau saya mah ga percaya Tukang Cukur itu ada.”
“Heh, maksud kamu apa. Kan jelas-jelas saya baru selesai mencukur rambut kamu. Dan sekarang rambutmu sudah rapi.”
“Tetap aja saya ga percaya. Tukang Cukur itu gaada di dunia ini.”
Tukang Cukur itu menggeleng. Heran sekali dengan ucapan Ahmad.
“Saya ga percaya. Tuh, coba Mamang lihat di seberang sana. Ada orang gondrong, berantakan rambutnya.”
“Mana?”
“Tuh, di bawah flyover.” Ahmad masih mengusap-usap rambutnya di depan kaca.
“Oh, iya. Trus kenapa?”
“Kalau memang Tukang Cukur itu ada, seharusnya semua orang rambutnya rapi.”
Mendengar itu, Si Tukang Cukur sontak menjawab.
“Heh. Kalau di dunia ini ada orang gondrong macam itu, bukan karena Tukang Cukur gaada. Tapi… karena dia ga datang, ga mencari Tukang Cukur!”
Ahmad tersenyum, mengucapkan terima kasih kemudian pamit.

***Kisah disampaikan dalam Kajian Tauhid Daarut Tauhid Jakarta, 10 April 2016.
Yuuk, hadiri Kajian Ahad Dhuha tiap Minggu pekan kedua dan keempat di Masjid Istiqlal Jakarta. Diisi oleh Aa Gym dan Ustaz Yusuf Mansur.